Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Kompas TV Ramaikan Persaingan Siaran Sepak Bola

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14095216701688955331

[caption id="attachment_321809" align="aligncenter" width="462" caption="Jadwal siaran langsung Seri A (foto Twitter Kompas TV)"][/caption]

Akhirnya, penantian panjang sejak 23 Desember 2013 terjawab sudah. Ya, setelah sekian lama menunggu, kini penggemar sepak bola Seri A di Indonesia bisa tersenyum. Itu berkat Kompas TV yang kembali menayangkan persaingan ke-20 klub papan atas Italia. Televisi yang peluncurannya saya hadiri pada 9 September 2011 ini resmi menayangkan Seri A musim 2014/15.

Seperti yang kita ketahui, untuk pekan pertama, Kompas TV menyiarkan secara live dua pertandingan. Dimulai dengan duel runner-up Seri A musim lalu, AS Roma versus Fiorentina, Minggu (31/8) pukul 01.30 WIB. Laga selanjutnya antara AC Milan yang pada dekade 1990-an dijuluki sebagai "The Dream Team" menjamu Lazio (22.30 WIB).

Menyaksikan dua pertandingan tersebut, sebagai penggemar sepak bola, tentu saya senang. Sebab, saya dapat melihatnya di layar tv secara gratis. Cukup berbekal kopi pahit dan kacang rebus. Daripada sebelumnya ketika saya harus menonton bareng (nobar) pergi ke kafe atau convenience store yang pastinya harus merogoh kocek lebih dalam. Terlebih jika harus berlangganan tv kabel yang sudah pasti tidak murah.

Itu karena sejak "Derby della Madonnina" antara FC Internazionale melawan rival sekotanya, AC Milan, pada 23 Desember lalu tayangan Seri A musim 2013/14 tidak disiarkan lagi oleh TVRI. Padahal, televisi pelat merah alias milik pemerintah itu memiliki kontrak hingga 2015. Namun, karena ada intrik internal, salah satunya terkait penayangan konvensi calon presiden dari partai Demokrat.

Memang, setelah itu ada Indosiar yang juga menyiarkan secara gratis setiap pekannya. Tapi, apa yang dilakukan tv swasta tersebut belum cukup memuaskan dahaga penggemar calcio di Indonesia. Lantaran, Indosiar hanya menyiarkan khusus pertandingan Inter sejak Januari hingga musim kompetisi berakhir.

Kini, dengan kepastian Kompas TV menyiarkan tayangan langsung Seri A secara utuh, tentu membuat antusiasme tersendiri. Itu diungkapkan Sporst Executive Producers Kompas TV, Fajar Syahbana, kepada saya, "Dua laga itu akan mengisi tayangan eksklusif kami pada pekan pembuka Seri A. Selain itu, kami juga memiliki hak siar Bundesliga Jerman, Barca TV, Chelsea TV, dan Liverpool TV."

Nah, dengan banyaknya tayangan olahraga, khususnya sepak bola yang disiarkan televisi milik Kompas Gramedia Group itu tentu menimbulkan banyak pertanyaan. Apakah mereka memang serius bersaing dengan beberapa stasiun tv lainnya yang menayangkan sepak bola Eropa. Sebelumnya ada RCTI dengan La Liga Spanyol, SCTV (Liga Champions dan Liga Europa), dan Indosiar (Liga Primer Inggris).

Maklum, sebelumnya, Kompas TV lebih dikenal sebagai televisi yang mengutamakan tayangan edukatif nan mendidik. Mereka juga tidak latah dengan menyiarkan sinetron alay dan lawakan humor yang terkadang melecehkan. Itu sesuai dengan slogan resmi mereka, yaitu "Inspirasi Indonesia". Menurut Fajar, salah satu alasan Kompas TV menayangkan Seri A demi memperkuat brand olahraga bersama siaran Bundesliga Jerman, Barca TV, Chelsea TV, dan Liverpool TV.

"Seri A salah satu kompetisi bergengsi dan terbaik di dunia. Itu yang menjadi alasan kami untuk mengambilnya. Apalagi, di Indonesia banyak berdiri komunitas dari klub Italia dengan jumlah anggota yang besar," tutur Fajar melalui sambungan telepon.

Di sisi lain, mantan Direktur Program Berita TVRI, Irwan Hendarmin pernah mengungkapkan alasan pihaknya tidak melanjutkan tayangan Seri A meski masih memiliki kontrak. "Berhentinya TVRI menyiarkan Seri A sangat disayangkan. Sebab, dalam satu setengah musim terakhir Seri A selalu menempati rating teratas. Hanya, oleh DPR, program itu ingin dihentikan karena dinilai tidak memberikan edukasi kepada masyarakat. Padahal, untuk maju, sepak bola kita justru bisa belajar dari Italia," kata Hendarmin saat saya hubungi pada 24 Desember lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline