[caption id="attachment_349517" align="aligncenter" width="277" caption="Kepala BNN Komjen Anang Iskandar (Sumber foto dokumentasi pribadi/ www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption]
DALAMbeberapa tahun terakhir, sudah lumrah jika ada pejabat atau petinggi negara yang menuliskan catatan hariannya diblog pribadi. Misalnya, Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla yang kerapngeblog di Kompasiana dengan akunkompasiana.com/jusufkalladan mantan Menteri Sekretariat Negara (Mensekneg) Yusril Ihza Mahendra melaluikompasiana.com/YusrilihzaMahendra.
Bahkan, selain mereka ada Faisal Basri, Ketua Tim Kelola Minyak dan Gas Bumi, yang hingga kemarin aktif diKompasiana.com/faisalbasri. Artikel yang ditulis ketiga pesohor itu bisa dipastikan asli mengingat Admin Kompasiana sudah memverifikasinya. Yaitu, dengan memberi tanda centang biru yang hanya dibubuhkan padaKompasianer berkualitas.
Mengenai para pejabat atau petinggi negara yang aktif sebagaiblogger, saya jadi teringat pada tokoh yang terkenal konsisten dalam memberantas peredaran narkotika dan obat terlarang (narkoba). Ya, sosok itu adalah Anang Iskandar yang sejak 2012 lalu menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Beliau dikenal sebagaiblogger aktif yang kerap menulis catatan hariannya di anangiskandar.wordpress.com.
Kebetulan, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) -sumber Detik.com- menyebut nama Anang sebagai salah satu dari sembilan calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). Sebenarnya, bukan hal yang aneh mengingat pria kelahiran Mojokerto, 18 Mei 1958, itu sudah menyandang tiga bintang di pundaknya. Alias, Anang memiliki pangkat Komisaris Jenderal (Komjen) yang merupakan kriteria utama sebagai Kapolri. Meski, penunjukkannya tergantung Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memiliki hak prerogatif sebagai panglima tertinggi di negara ini.
Bagi saya pribadi, ada kebanggaan tersendiri bila kelak Anang terpilih. Sebab, itu merupakan kali pertama dalam sejarah, Kepala BNN menjabat sebagai Kapolri. Itu karena biasanya, pangkat yang kerap memiliki kode TB 1 (Tri Brata) atau Trunojoyo 1 -merujuk markas besar Polri di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan- berasal dari Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim). Memang, Kapolri terpilih saat ini, Komjen Budi Gunawan juga bukan berasal dari Reskrim. Tepatnya, Kepala Lembaga Pendidikan Polri (Kalemdikpol). Namun, Budi belum secara resmi menjabat Kapolri karena menunggu keputusan presiden lebih lanjut.
* * *
Ruangan di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu pagi (4/2) tampak bergemuruh. Itu karena kekompakan dua petinggi negeri ini mengenai vonis hukuman mati unuk bandar narkotika dan obat terlarang (narkoba). Ya, baik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kepala BNN Anang Iskandar sama-sama menegaskan, bahwa Indonesia menerapkan nol toleransi terkait peredaran narkoba yang saat ini sudah dalam status darurat.
Seusai melakukan sambutan pembuka pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BNN, Jokowi diantar Anang menuju kendaraan dinasnya menuju tempat lain. Bisa dipahami mengingat jadwal presiden sangat sibuk. Apalagi, mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu bersiap untuk melakukan kunjungan diplomatik ke beberapa negara di Asia Tenggara selama lima hari ke depan (5-10 Februari).
Yang menarik ketika kedua petinggi negeri itu melewati rombongan media yang mengerubungi di pintu masuk Birawa. Sebagaimana biasanya, Jokowi dengan kalem menjawab berbagai pertanyaan mengenai situasi di negara ini. Termasuk tentang calon Kapolri baru pengganti Komjen Budi Gunawan. Jokowi saat itu meengaskan, segera menyelesaikannya setelah pulang dari kunjungan ke negara tetangga.
Nah, menariknya lagi, ketika ada beberapa media yang menanyakan soal kesiapan Anang jika dilantik menjadi Kapolri. Sebab, bukan rahasia umum bila pria berusia 53 tahun itu juga dicalonkan sebagai pengganti Jenderal Sutarman. Pasalnya, Anang memiliki kriteria yang layak. Yaitu, kini sudah berpangkat Komjen dengan bintang tiga tersemat di pundaknya.