Saya menemuinya di salah satu sudut malam, dalam sebuah kebetulan.
Masih dalam getaran tidak menentu. Saya mendekap rindu yang sangat. Menyelami setiap desiran angin yang menambah dinginnya suasana. Menyeruput kopi hitam penuh filosofi. Menghisap tembakau dalam-dalam dengan penuh gundah. Kukepulkan asapnya tebal-tebal. Berharap ketidaktenangan ini ikut terbang dan raib.
Saya tidak mengerti. Sangat tidak mengerti.
Pertama kali dalam hidupku. Ya! Saya tidak salah ketik. Ini pertama kalinya dalam hidupku. Merasakan hal ini sejak 8 tahun silam, tapi dengan kondisi yang sangat jauh berbeda.
"Kau yakin?" Pelan dia bertanya. Tidak langsung kujawab.
"Mungkin". Kujawab sambil mencoba terlihat lebih maskulin. Dia diam. Kutau bukan jawaban itu yang diharapkannya.
"Kau tau, Rud?" Saya menyimak, menunggu ia melanjutkan.
"Saya juga tidak mengerti kenapa perasaan ini muncul". Katanya
"Yang pasti, kamu telah melakukan perampokan". Ia melanjutkan sembari memamerkan senyum indahnya.
Kau menggodaku. Lanjutkan, sayang. Kataku dalam hati.
Diapun bercerita panjang tentang yang telah kita lewati selama ini. Ada warna baru dalam hidupnya sejak kehadiranku. Begitupun sebaliknya. Kita sama-sama menikmatinya. Meski awalnya penuh ketakutan. Hehehe... ya! ketakutan.
Tapi ini menyenangkan sejauh ini. Lagipula, ini bukan kebohongan. Tapi perasaan yang sama kita sembunyikan. Tak ada yang tahu, kecuali aku, dia, dan Tuhan.
Saya jadi teringat pesan seorang bijak.
[Semua yang hadir adalah titipan Tuhan. Bahkan Cinta yang sedang dirasakan saati ini. Tuhan bisa saja menitipkannya atau bahkan mencabutnya kapanpun Dia mau]
Hari ini Dia menitipkannya. Entah sebagai hadiah, atau malah cobaan. Inilah mungkin slahsatu ketakutan kami.