Hingga hari ini, partai yang resmi mendukung Prabowo Subianto (PS) di bawah tenda besar Gerindra adalah PPP, PKS, PAN, PBB dan Golkar. Suatu dukungan yang besar baik dilihat dari gabungan perolehan suara pileg partai-partai tersebut sebesar 48.93 persen atau jumlah kursi di DPR sebesar 292 kursi (lebih 52 persen dari jumlah keseluruhan jumlah kursi di DPR).
Menarik jika kembali kita mengingat, bagaimana partai-partai tersebut akhirnya 'bersedia' bergabung dengan Gerindra untuk mendukung PS sebagai capres. Banyak rumor, konflik yang muncul, hingga kepentingan yang pada akhirnya mereka bersepakat untuk menyatu demi pemenangan PS pada pilpres 9 Juli mendatang.
1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP): Didahului dengan manuver politik Ketua Umum PPP, Surya Darma Ali (SDA), saat kampanye akbar Gerindra di Gelora Bung Karno, Minggu (23/3/2014), menyatakan mendukung PS sebagai Presiden RI 2014-2019. Sikap Ketua Umum ini kemudian menjadi konflik di tubuh PPP setelah berakhirnya pileg, dianggap sikap SDA tersebut mengakibatkan perolehan suara PPP menjadi turun dan tidak menguntungkan.
Terjadi islah di kedua kubu yang bertikai, kemudian saat rapimnas PPP digelar akhirnya membuat keputusan bulat untuk bergabung dengan Gerindra mendukung PS sebagai capres. Diduga kuat bahwa pada akhirnya PPP bertekuk lutut mendukung PS karena alasan pertama janji politik SDA sejak pilpres 2009 yang terlanjur sudah menerima mahar sebesar 40 milyard tetapi kemudian 'mbalelo' mendukung SBY-Budiono yang memberi mahar lebih besar lagi.
Jika pada saat rapimnas terjadi kealotan mengambil keputusan, kemudian rapat ditunda untuk melakukan lobi-lobi, kemudian SDA dan Sekjen PPP, Romahurmuzy, mengadakan pertemuan empat mata yang akhirnya membuahkan keputusan saat dinihari Senin (12/5/2014) untuk mendukung PS, tidak terlepas dari isu mahar 10 kali lipat besarnya dibanding mahar tahun 2009, ini alasan kedua.
2. Partai Keadilan Sejahtera (PKS): Siapa yang tidak 'mengenal' partai ini, menjadi aneh jika PKS yang gemar menabuh genderang isu SARA, contohnya terhadap Wagub DKI Jakarta, Ahok. Kemudian 'mempertanyakan' tentang asal usul Jokowi yang katanya cina juga termasuk ke-Islamannya, pada akhirnya mau mendukung PS sebagai capres yang ditengarai juga mempunyai masalah yang sama.
Seperti diketahui, bahwa PS pun terlahir dari keluarga Kristen. Jika pun PS menjadi Islam karena pernikahannya dengan Siti Hediati Hariyadi, anak mantan Presiden orde baru, Suharto. Dikabarkan pula bahwa ada darah cina pada diri seorang PS, jika PKS mempermasalahkan hal-hal tersebut kepada Ahok dan Jokowi, mengapa kepada PS seakan tutup mata dan mengunci mulut?
Ternyata keanehan tersebut terjawab dan dapat dimaklumi karena saat PKS memutuskan untuk bergabung dengan Gerindra, saat gagal mengajukan tiga kadernya sebagai cawapres dari PS, ada kesepakatan 5 kursi menteri untuk PKS di pemerintahan jika menang dalam pilpres nanti. Jadi jargon PKS yg terkenal yaitu; "wani piro", dijadikan senjata untuk tidak mempersoalkan asal usul dan ke-Islaman seorang Prabowo Subianto.
3. Partai Amanat Rakyat (PAN): Setelah gagal mencoba merapat pada PDIP karena tidak mendapatkan keinginan yang dikehendaki, akhirnya PAN sukses bergabung dengan Gerindra, apa yang didapat oleh PAN? Sudah pasti, kursi RI-2 yang diisi oleh Hatta Rajasa. Menarik adalah saat PS mengumumkan keputusan ini, PPP dan PKS sedikit berulah dengan mengatakan akan menarik dukungannya dari Gerindra jika keputusan PS tersebut tidak mengikut-sertakan 'pemikiran' mereka.
Entah janji apa lagi yang diberikan oleh PS kepada PPP dan PKS, akhirnya kedua partai tersebut menerima keputusan bahwa pendamping PS sebagai cawapres adalah Hatta Rajasa dari PAN, masuk terakhir mendapat kue yang paling besar.
4. Partai Bulan Bintang (PBB): Untuk partai ini tidak diketahui apa perjanjiannya, mungkin karena kegalauan PBB saja yang tidak mempunyai 'apa-apa' sehingga menerima saja bergabung dengan Gerindra, seandainya beruntung PS menang dalam pilpres mendatang dan mau berbaik hati, mungkin 1 kursi menteri yang tidak bergensi pun akan menyenangkan partai ini.