Lihat ke Halaman Asli

Yang Kini Hilang

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teguh, betapa teguh
Luntur bagai debu yang didesir angin
Hilang, kelam digerus roda
Semua tunduk dalam kefanaan
Tak ada lagi teguh
Yang ada hanya kompromi

Dunia yang begitu kelam
Diri yang kian lemah
Kuat hanyalah rasa
Putih kian menghitam
Hitam kian mengental

Merpati tak bersayap
Akhirnya tunduk pada harimau buas
Hingga penggembala menjadi buta arah
Domba pun kian tersesat
Tersesat dalam hidup yang kian menyesatkan

Ada satu tapi tak bisa menyatu
Pecah berbelah-belah
Api menyulut kedengkian
Kedengkian menyulut api
Semua terbakar lagi menjadi satu

Tiada lagi rasa hormat
Tiada lagi rasa malu
Tiada lagi rasa cahaya yang menerangi
Semuanya menjadi gelap dan menyesatkan
Dan yang ada hanya kedustaan

Ah, tapi ini sebuah proses, katamu?
Proses yang tanpa berujung
Yang seakan tak kan ada lentera
Yang nanti akan kujumpai
Proses yang membodohkan namanya

Ah, sudahlah
Percaya saja
Nanti semua akan kembali
Ia sudah mengatur semua
Mungkin yang telah kotor pun akan menjadi suci kembali

Berharaplah terus!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline