Lihat ke Halaman Asli

Sekuntum Ode dari Pinggir Bengawan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai, kamu!
Ya, kamu
Rasanya sudah lama sekali kita tak saling bertemu
Tapi aku masih ingat betul seperti apa wajahmu

Tentu cerita itu akan selalu kukenang
Ketika itu hari sudah menjelang siang
Sebenarnya kala itu aku tak cukup tenang
Melihat mata indahmu yang tiba-tiba berlinang

Mesin-mesin beroda yang sudah mulai bersuara
Semakin membuat diri ini tak kuasa
Wajahmu yang cantik mulai basah oleh air mata
Dan aku pun semakin tak tega

Setelah sekian lama kita tak saling jumpa
Perjalanan terakhir itu yang kan jadi cerita
Tapi itu bukan yang terakhir untuk selamanya
Esok hari ketika mentari terbit kuingin melihat wajahmu yang ceria

Biasanya setiap pagi kau menyapaku
Menyapa dengan kata-kata manismu
Juga bayangan indahmu
Hingga bunga-bungapun tak jadi layu

Kini, aku sedang gundah
Hari-hariku terasa susah
Kuingin pulang ke rumah
Tapi aku sudah lupa arah

Ai...
Dari pinggir Bengawan kutulis sekuntum ode ini
Sembari membayangkan kau ada di sini
Di sampingku dan selalu menemani

Aku memang tak pandai memujimu
Tapi dengan sekuntum ode ini aku ingin menyampaikan kepadamu
Bahwa aku sedang dibuai rindu
Rindu berbagi cerita denganmu dan segalanya tentangmu

(Solo, Mei 2013)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline