Lihat ke Halaman Asli

Rodame Napitupulu

Dosen UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Membangun Kualitas Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja Indonesia Dimulai dari Keluarga

Diperbarui: 24 Juli 2016   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa Remaja adalah Masa Transisi -MAN 1 Padangsidimpuan (Dok. MAN 1 Padangsidimpuan)

Masa Remaja adalah masa transisi. Masa yang menghubungkan masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Ada juga yang menyebutnya dengan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa remaja, seorang anak akang mengalami perubahan-perubahan besar dalam hidupnya terutama terkait dengan fungsi seksual.

Remaja yang dalam bahasa Inggris disebut adolescence berasal dari bahasa Latin adolescare yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Anak justru dianggap dewasa dan normal jika mampu mengadakan reproduksi. Sebaliknya, anak belum dewasa jika belum mampu mengadakan reproduksi.

Sebagai masa peralihan, ada dua hal utama yang terjadi. Pertama, adanya perubahan lingkungan dan kedua adalah adanya perubahan karakteristik dalam diri sang remaja sehingga lebih bergejolak daripada perkembangan lainnya. Termasuk dalam mengontrol emosi, hasrat yang meluap-luap dan keinginan yang tak terbatas. Jadi ada 3 hal yang berubah ketika memasuki masa remaja yaitu : fisik, emosi dan psikis.

Usia remaja yang berkisar antara 10-19 tahun adalah periode pematangan organ reproduksi manusia makanya sering juga disebut dengan masa pubertas. Pubertas (puberty) adalah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual secara pesat terutama pada masa awal remaja. Meskipun memang, pubertas itu terjadinya berangsur-angsur bukan tiba-tiba terjadi.

Pubertas berada dalam rentang perkembangan ketika anak-anak yang merupakan makhluk aseksual berubah menjadi makhluk seksual. Pubertas dalam bahasa Latin berarti ‘usia kedewasaan’. Kata-kata tersebut sebenarnya lebih menunjukkan perubahan fisik dibandingkan perubahan perilaku. Wajar jika kesehatan reproduksi dan mental remaja menjadi soroton yang harus kita perhatikan bersama-sama.

Banyaknya kasus remaja yang terkena berbagai penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS di Sumatera Utara menjadi bukti bahwa masa remaja adalah masa yang sangat rentan. Informasi yang saya baca dari situs berita online Kompas.com menjadi bukti bahwa remaja yang kurang pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi akan mudah sekali terserang berbagai penyakit kelamin. Ditambah lagi, di usia remaja biasanya mereka malu dan enggan untuk bertanya perihal kesehatan reproduksi. Akibatnya, minim ilmu dan wawasan seputar kesehatan reproduksi sehingga lalai akan tanggungjawab. Ini berbahaya!

Kompas.com

Menurut K4Health, sekitar 50 juta orang atau sebesar 20 % populasi Indonesia adalah remaja (10-19 tahun) dimana dari jumlah tersebut terdapat 33,79 % masalah remaja yaitu kehamilan yang tidak diinginkan. Lebih lanjut bahkan disebutkan bahwa kasus aborsi justru dilakukan oleh sebanyak 700-800 ribu remaja atau sekitar 21 % dari total 2,4 juta kasus aborsi yang ada di Indonesia (BKKBN-LDFEUI, 2000).

Masa remaja yang merupakan masa peralihan memang memiliki masalah kompleks yang sulit mereka tanggulangi sendiri. Informasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat 3 risiko yang sering dihadapi remaja dua diantaranya sangat erat dengan kualitas kesehatan reproduksi yang dikenal dengan istilah TRIAD KRR: (1) risiko kehamilan di luar nikah, aborsi dan terinfeksi penyakit menular seksual; (2) penyalahgunaan NAPZA dan ; (3) HIV/AIDS.

Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual (DITREM-BKKBN). Oleh karena itu, diperlukan upaya dan berbagai langkah sejak dini dalam rangka mempersiapkan remaja agar memiliki kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggungjawab. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan meningkatkan kualitas keluarga.

Keluarga adalah tempat ‘lahirnya’ remaja. Dimana remaja adalah salah satu anggota dalam keluarga. Oleh karena itu, sebagai seorang ibu yang kelak juga memiliki tanggungjawab dalam membesarkan anak, maka saya ingin kita semua ikut bertanggungjawab atas berbagai kasus pada remaja tersebut. Tentu tidak mudah bagi seorang remaja melewati masa peralihan tersebut tanpa dukungan dari keluarga. Maka kita harus melakukan sesuatu untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi masa transisi maupun pubertas tersebut, melalui peningkatan kualitas kesehatan reproduksi dan mental remaja.

Jika diibaratkan dengan sebuah gedung, maka dalam membangun kualitas kesehatan reproduksi dan mental remaja harus dimulai dari fondasi dan tiang. Dalam hal ini fondasi itu adalah didikan keluarga. Peranan orangtua sebagai sosok yang membimbing dan mengayomi sangat penting. Mengingat banyaknya remaja justru memilih orang lain atau internet untuk tempat mereka bertanya dan curhat maka sudah seharusnya peranan orangtua dikembalikan pada tempatnya. Setidaknya keluarga terutama kedua orangtua memiliki 4 fungsi berikut ini:

  • Coach : kedua orangtua harus lebih banyak mendengarkan, menjadi teman, memberi nasihat bukan omelan dan memberikan kesempatan pada anak dalam usia remaja dalam belajar dan melakukan hal-hal baru sehingga mereka memiliki keahlian baru.
  • Advocate : kedua orangtua harus lebih banyak belajar dan memperjuangkan hak-hak anak sebagai remaja terutama terkait bidang pendidikan, kesehatan dan kesehatan mental serta berbagai praktik dalam menyelesaikan sebuah masalah.
  • Networker : kedua orangtua harus lebih memperkuat hubungan dan mendukung anak pada masa remaja. Mengingat di masa remaja, anak akan mengalami berbagai masalah yang kompleks untuk pertama kali dalam hidupnya.
  • Caregiver : kedua orangtua harus lebih banyak menunjukkan rasa peduli, perhatian dan cinta sehingga anak dalam masa remaja merasa keluarga adalah tempat kembali yang terbaik, tempat bercerita yang paling menyenangkan. Karena ada orangtua yang senantiasa siap menerima dan menyayanginya dalam keadaan apapun bahkan di keadaan terburuk/terpuruk sekalipun yang mungkin terjadi dalam fase peralihan tersebut.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline