Lihat ke Halaman Asli

Rodame Napitupulu

Dosen UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Tabungan Rencana Berjangka: Pilihan Bijak untuk Masa Depan

Diperbarui: 24 April 2016   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana kalau saya dan suami mati detik ini?

Bagaimana nasib anak-anak nanti?

Bagaimana hidup mereka kelak sendiri?

Saya adalah seorang ibu, meski jelas tugas mencari nafkah adalah tugas seorang ayah, tapi bagi kami berdua, merencanakan keuangan yang baik dan bijak untuk masa depan adalah tugas bersama. Sekali lagi, ini tugas bersama untuk memikirkan dan menjalankannya.

Saya termasuk seorang ibu yang masih kewalahan mengelola keuangan yang baik. Karena itu, saya masih sering merasa kuatir bahkan tak jarang rasa ketakutan menghantui saya dengan beragam tanya. Saya menikah beberapa tahun yang lalu, tepatnya tahun 2011. Kami belum sempat memulai menabung sebagai bentuk rencana keuangan masa depan. Kami diperhadapkan pada banyak sekali rintangan sebelum memulai menabung di bank.

Tahun 2011, hanya berselang sebulan, saya positif hamil. Ini anak pertama, kami pasti memerlukan banyak biaya kelak. Mulai dari biaya periksa rutin ke bidan atau dokter kandungan, biaya susu hamil dan vitamin, biaya persiapan untuk membeli perlengkapan bayi, biaya persalinan hingga biaya tak terduga lainnya selama saya hamil dan pasca melahirkan. Banyak sekali yang harus dipikirkan.

Alhamdulillah, saya dan suami meski hanya tenaga kerja lepas, masih memiliki penghasilan. Kami bertekad akan menabung kelak meski harus hidup berhemat dan sekuat tenaga menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung. Lagi-lagi ini rencana kami berdua. Baru sekedar rencana.

Di tengah jalan hendak menabung, banyak hal terjadi. Kami belum bisa menyisihkan sebagian penghasilan kami. Banyak pengeluaran dan kami putuskan untuk menunda menabung. Hingga saya akan melahirkan anak pertama, kami masih terus berusaha menabung dan hasilnya nihil.

Tahun 2012, waktu melahirkan pun tiba. Saya selalu berdoa, agar dapat melahirkan secara normal. Kenapa? Karena biaya melahirkan normal lebih murah dibandingkan caesar. Saya takut, karena belum ada simpanan di bank. Takut kalau-kalau nanti terjadi apa-apa dan harus mengeluarkan banyak biaya yang kami belum persiapkan.

Alhamdulillah, saya bisa melahirkan secara normal dengan biaya yang mampu kami bayarkan. Allah memang Maha Tahu bagaimana keadaan kami ketika itu. Suami bekerja keras, mengerahkan segala usahanya untuk bisa bertanggungjawab atas kehidupan saya dan anak pertama. Sekali lagi, suami saya adalah tenaga kerja lepas. Tidak ada jaminan, akan menerima gaji tetap setiap bulan karena semua sangat tergantung pada ‘deal’ atau tidaknya sebuah proyek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline