Lihat ke Halaman Asli

Rochma Ummu Satirah

Freelance Translator, Freelance Copywriter, Editor

Pinjol Bukan Solusi

Diperbarui: 15 April 2024   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pinjol Bukan Solusi


Rochma Ummu Satirah

Sudah menjadi kebiasaan meningkatnya kebutuhan masyarakat di bulan Ramadan dan Lebaran. Sayangnya, kebutuhan yang meningkat ini tak dibarengi dengan pemasukan yang sepadan. Terlebih, ekonomi terasa merosot bagi sebagian masyarakat. Sebagian masyarakat pun akhirnya menjadikan pinjol sebagai solusi atas persoalan keuangan mereka.

Pinjol Menjadi Jalan Pintas

Walaupun sudah terdapat beberapa korban pinjol, masyarakat seakan menutup mata dan tetap menjadikan pinjol sebagai jalan pintas atas persoalan mereka. Himpitan ekonomi membuat mereka tak jera untuk kembali berkubang dengan pinjol ini.

Shafiq.id (21-03-2024) menjelaskan tiga alasan kenapa masih banyak sebagian masyarakat yang terjerat pinjol. Pertama, tuntutan konsumsi di momen spesial. Sangat jelas bahwa kebutuhan masyarakat meningkat di bulan Ramadan dan lebaran, baik untuk konsumsi dan yang lainnya.

Kedua, keterbatasan dana tunai. Pilihan masyarakat kepada pinjol juga karena tidak tersedianya dana yang mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan. Kemudahan akses pinjol membuat godaan pinjol ini tak bisa terelakan.

Ketiga, kurangnya edukasi keuangan. Masyarakat grass root tentu tak memiliki pengetahuan manajemen keuangan yang memadai. Yang mereka pahami adalah adanya kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi sedangkan kenyataannya adalah keterbatasan dana. Sehingga tawaran solusi mana saja yang dirasa mampu menolong akan diambil. Sayangnya tanpa melihat secara detail konsekuensi dan akibat dari hal ini.

Pinjol Bukan Solusi

Terjerumusnya sebagian masyarakat kepada pinjoll membuktikan bahwa tidak ada jaminan kebutuhan masyarakat. Negara seharusnya memberikan akses yang mudah pada masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pokok atau publik. Sayangnya, negara malah berlepas tangan dari tanggung jawab ini. Parahnya lagi, negara malah memberikan ruang kepada perusahaan atau pemilik modal mendirikan perusahaan vintage dengan pinjol sebagai produknya.

Iming-iming pinjaman mudah dan langsung cair sejatinya memberikan dampak buruk, terutama bagi nasaban yang tak mampu membayar. Ada ancaman kerugian finansial dan psikologis bagi mereka. Belum lagi tekanan mental yang harus mereka hadapi karena ketidakmampuan ini.
Bahaya ini selain dari bahaya riba itu sendiri yang melekat pada pinjol. Riba menjadi satu bentuk kemaksiatan yang mendapatkan ancaman dosa besar yang harus ditinggalkan. Tak hanya itu, riba juga menjauhkan keberkahan Allah dalam masyarakat yang berhubungan dengan pinjol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline