Di sebuah sekolah kecil di pinggiran kota, terdapat seorang siswi bernama Nata. Dia adalah gadis pendiam dengan mata yang selalu penuh semangat. Nata tidak terlalu pandai dalam pelajaran, tapi dia gigih dalam belajar. Meskipun begitu, Nata sering merasa tidak cukup percaya diri untuk mengekspresikan pendapatnya di depan teman-temannya.
Hari itu, di kelasnya, guru Matematika memberikan tugas sulit. Sebagian besar siswa terlihat kesulitan. Nata, meskipun merasa cemas, memutuskan untuk mencoba menyelesaikan tugas tersebut dengan caranya sendiri. Setelah beberapa saat berjuang, Nata berhasil menyelesaikan tugas itu.
Tiba saatnya untuk memeriksa jawaban. Guru Matematika, Pak Budi, memanggil setiap siswa untuk memeriksa hasil pekerjaannya. Saat gilirannya tiba, Nata berdebar-debar. Dia menyerahkan kertasnya kepada Pak Budi. Setelah beberapa saat, Pak Budi tersenyum dan mengangguk. "Kamu sungguh luar biasa, Nata! Jawabanmu benar semua," ujarnya dengan bangga.
Senyum bahagia terpancar di wajah Nata. Ini pertama kalinya dia merasa begitu percaya diri di kelas. Teman-temannya memberikan tepuk tangan hangat untuknya, dan Nata merasa seperti bintang di langit malam.
Dari hari itu, Nata mulai memperlihatkan bakatnya dalam matematika. Dia tidak hanya menjadi sosok yang pandai dalam hal tersebut, tetapi juga menjadi sosok yang membantu teman-temannya yang kesulitan. Nata mulai diakui oleh teman-temannya sebagai salah satu siswi yang cerdas di kelasnya.
Namun, kebahagiaan Nata tidak berlangsung lama. Suatu hari, ketika sedang berjalan pulang dari sekolah, dia melihat sekelompok anak muda mengejek teman sekelasnya, Dinda, yang memiliki kecacatan fisik. Mereka mengolok-olok Dinda dengan kata-kata yang kejam.
Nata merasa hatinya teriris. Dia ingin membela Dinda, tapi ketakutan menguasainya. Dia melihat ke sekeliling, mencari bantuan, tapi tak ada yang berani menegur anak-anak muda itu. Akhirnya, dengan langkah gemetar, Nata menghampiri mereka.
"Dinda adalah teman kami semua. Kalian tidak punya hak untuk memperlakukannya seperti itu," ucap Nata dengan suara gemetar, tetapi penuh dengan ketegasan.
Anak-anak muda itu terdiam. Mereka tidak menyangka bahwa Nata akan berani menantang mereka. Setelah beberapa saat, mereka akhirnya pergi dengan muka cemberut.
Dinda menatap Nata dengan tatapan penuh terima kasih. "Terima kasih, Nata. Kamu sangat berani," ucapnya dengan lembut.
Nata tersenyum kecil. Dia merasa bangga dengan dirinya sendiri. Tidak hanya berhasil dalam pelajaran, tetapi dia juga mampu berdiri untuk membela temannya.