Lihat ke Halaman Asli

Rochim

Freelance journalist.

Review Film: Exhuma (2024)

Diperbarui: 11 Maret 2024   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adegan dalam film Exhuma. Foto dok. IMDb

Film horor seringkali diasosiasikan dengan adegan-adegan yang penuh dengan jump scare dan adegan-adegan yang penuh dengan kekerasan dan darah. Namun, Exhuma membuktikan bahwa film horor tidak selalu harus demikian. Dalam film ini, sutradara dan penulis naskah Jang Jae-hyun berhasil menghadirkan suasana yang menakutkan tanpa harus mengandalkan jump scare yang berlebihan atau adegan-adegan yang berdarah-darah.

Exhuma menawarkan pendekatan yang berbeda dalam menghasilkan ketegangan dan ketakutan bagi penontonnya. Melalui teknik slow burn storytelling, film ini secara perlahan membangun suasana yang mencekam dan tidak nyaman bagi penonton. Daripada langsung mengejutkan penonton dengan adegan-adegan yang menakutkan, Exhuma lebih memilih untuk meretas pikiran penonton dan membiarkan ketakutan mereka tumbuh secara alami seiring dengan perkembangan cerita.

Pendekatan yang digunakan dalam Exhuma membuktikan bahwa ketakutan sejati tidak hanya bergantung pada adegan-adegan yang penuh dengan efek khusus atau kekerasan visual. Sebaliknya, ketakutan sejati seringkali muncul dari ketegangan psikologis dan ketidakpastian yang ditanamkan dalam pikiran penonton. Dengan mengandalkan atmosfer yang gelap dan menakutkan, serta pengembangan karakter yang mendalam, Exhuma berhasil membuat penonton merinding dan terus terbayang dengan ceritanya bahkan setelah mereka keluar dari bioskop.

Keberhasilan Exhuma dalam menciptakan ketakutan tanpa harus mengandalkan adegan-adegan yang berlebihan atau berdarah-darah merupakan sebuah pencapaian yang patut diacungi jempol. Film ini tidak hanya menjadi sebuah hiburan yang menegangkan bagi para penggemar horor, tetapi juga menjadi sebuah karya seni yang menarik bagi para pecinta sinema. Dengan pendekatan yang cerdas dan pengembangan cerita yang kuat, Exhuma membuktikan bahwa film horor masih memiliki potensi untuk menghadirkan pengalaman yang menakutkan dan mendalam bagi penontonnya.

Exhuma tidak hanya menjadi sebuah film horor yang menakutkan, tetapi juga menjadi sebuah penebusan bagi sang penulis naskah, Jang Jae-hyun. Sebelumnya, Jang Jae-hyun telah merilis dua film, The Priests dan Svaha: The Sixth Finger, yang masing-masing memiliki kekurangan dalam pengembangan cerita dan pendalaman karakter.

Dalam The Priests, meskipun memiliki konsep yang menjanjikan tentang eksorsisme, pengembangan penceritaannya kurang maksimal, meninggalkan banyak celah dan pertanyaan yang tidak terjawab. Sementara itu, Svaha: The Sixth Finger, meskipun menyuguhkan narasi yang menarik tentang investigasi dan mistik, terlalu fokus pada pengembangan plot sehingga mengabaikan pendalaman karakter yang penting.

Namun, dengan Exhuma, Jang Jae-hyun tampaknya telah belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya dan berusaha untuk menyeimbangkan elemen-elemen kunci dalam pembuatan film. Ia membagi ceritanya menjadi beberapa babak, memberikan kesempatan bagi penonton untuk memahami secara lebih mendalam tentang karakter-karakter utama dan pengembangan alur cerita secara keseluruhan.

Pendekatan yang diambil oleh Jang Jae-hyun dalam Exhuma memastikan bahwa penceritaannya benar-benar kaya dan memuaskan. Ia tidak hanya menawarkan ketegangan dan ketakutan, tetapi juga memperkenalkan karakter-karakter yang kompleks dan menarik, serta membangun alur cerita yang penuh dengan misteri dan kejutan. Dengan demikian, Exhuma menjadi bukti bahwa Jang Jae-hyun telah belajar dan berkembang sebagai seorang penulis naskah, mampu menciptakan sebuah karya yang menghibur dan mendalam bagi para penontonnya.

Exhuma memulai perjalanannya dengan memperlihatkan teror yang menghantui keluarga kaya raya yang telah turun temurun. Cerita ini menghadirkan ketegangan yang intens seputar kekuatan tak kasat mata yang mulai muncul di tengah-tengah kehidupan mereka. Dengan pendekatan yang hati-hati dan penuh tradisi, Jang Jae-hyun memperkenalkan penonton kepada dunia yang kaya akan kepercayaan dan mitos yang telah membentuk budaya masyarakat Korea selama ini.

Dalam setiap babaknya, Exhuma terus menggali dan memperdalam unsur misteri yang mengelilingi cerita. Jang Jae-hyun dengan cermat mengatur setiap detail dan pergantian alur cerita, memastikan bahwa ketegangan tetap terasa sepanjang perjalanan film ini. Dengan demikian, Exhuma bukan hanya sekedar film horor biasa, tetapi juga sebuah eksplorasi mendalam tentang ketakutan, kekuatan gaib, dan warisan budaya yang kaya dari Korea.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline