Lihat ke Halaman Asli

Rochim

Freelance journalist.

Review Film: Past Lives (2023)

Diperbarui: 12 Desember 2023   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Past Lives (2023). Foto oleh dok. IMDb

Past Lives, sebuah karya debut yang memukau dari sutradara Kanada-Korea, Celine Song, menghadirkan sebuah kisah romansa sederhana yang mengoyak hati penonton menjadi berkeping-keping. Dalam eksplorasinya yang manis, cerita ini mempersembahkan penuturan cerita luar biasa yang sulit dipercaya berasal dari seorang sutradara debutan.

Celine Song membuktikan dirinya sebagai seorang sutradara yang patut mendapat pujian. Melalui Past Lives, ia menghadirkan kualitas penyutradaraan yang memukau, seolah-olah telah mengumpulkan segudang pengalaman dalam industri perfilman. Karya ini tidak hanya menjadi pengantar karir Song yang gemilang, tetapi juga sebuah bukti kemampuannya untuk menyentuh hati penonton melalui cerita yang sederhana namun mendalam.

Premis yang bersumber dari kehidupan pribadi Celine Song mungkin menjadi kunci mengapa sang sutradara begitu mendalam memahami alur cerita dalam film ini. Namun, kepiawaiannya dalam merangkai cerita dengan berbagai dialog juga tak dapat diabaikan.

Celine Song membawa penonton masuk ke dalam dunia romansa dengan berfokus pada konsep In-Yun, sebuah frasa Korea yang diyakini memiliki makna takdir. Konsep ini seolah menjadi kekuatan tak kasat mata yang mampu menyatukan manusia, namun sekaligus kerap memisahkan mereka.

Melalui gagasan tersebut, sutradara ini berusaha mengisahkan hubungan antara Hae-sung (Yoo Teo) dan Nora (Greta Lee) dengan pendekatan yang mirip dengan film romansa klasik, Before Sunrise (1995). Dengan sentuhan ini, Celine Song menciptakan sebuah narasi yang menggugah perasaan penonton, mengeksplorasi dinamika hubungan manusia dan takdir yang membentang di sepanjang kisah ini.

Celine Song memilih pendekatan yang berbeda dalam mengarahkan jalannya film, tanpa membebani plot dengan banyak twist atau adegan teatrikal yang dramatis. Sebaliknya, "Past Lives" memilih jalur yang lebih tenang, mengadopsi dialog kontemplatif, mirip dengan kisah Jesse dan Celine dalam karya Richard Linklater.

Meskipun gaya penceritaan seperti ini mungkin memancing rasa bosan bagi beberapa penonton, tapi juga langkah Celine Song membuka peluang untuk meresapi setiap ungkapan dan gerak setiap karakter dalam film ini.

Pendekatan ini semakin mencolok karena Celine Song, yang juga menjadi penulis skenario "Past Lives," menunjukkan disiplin yang tinggi dalam menyusun cerita. Setiap dialog disusun dengan penuh kesabaran, tanpa terburu-buru untuk membangun ketegangan atau emosi, seolah mengajak penonton untuk menelusuri cerita dengan ritme yang tenang.

Keputusan untuk tetap setia pada kesabaran tersebut ternyata memberikan hasil yang memuaskan. "Past Lives" meninggalkan kesan yang mendalam, membuat penonton terkesima dan bertanya-tanya, bagaimana mungkin sebuah cerita yang disampaikan dengan lembut dapat memiliki dampak begitu kuat di hati?

Past Lives (2023). Foto oleh dok. IMDb

Saat menyaksikan "Past Lives," perasaan campur aduk tak terhindarkan. Di satu sisi, penonton dibuat merasa pilu melihat kisah Nora dan Hae-sung, di mana takdir sepertinya tidak berpihak pada mereka. Namun, di sisi lain, penonton juga dibuat merasa bahwa takdir tidak bisa disalahkan ketika melihat Nora menjalani hidup di New York bersama pasangan yang baik, Arthur.

Perasaan kompleks ini adalah hasil dari keahlian Celine Song dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki jawaban pasti dalam alur cerita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline