Lihat ke Halaman Asli

Rochim

Freelance journalist.

Review Film: Jatuh Cinta Seperti di Film-film (2023)

Diperbarui: 12 Desember 2023   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh dok. Clover Films/IMDb

Tahun ini persembahan sejumlah film yang dapat dianggap sebagai bintang lima, dan di antaranya, "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" menonjol sebagai salah satu karya yang patut bersanding dengan rilisan kelas wahid sepanjang tahun 2023. Seiring dengan judulnya yang memikat, pengalaman menonton film ini tidak hanya sekadar menyaksikan cerita romansa biasa; sebaliknya, ia membawa penonton dalam perjalanan mendalam melalui nuansa perasaan jatuh cinta.

Film ini memukau dengan beragam cara dan 'senjata' yang digunakannya untuk merayu hati penonton. Mulai dari sinematografi yang memikat, dialog-dialog penuh emosi, hingga akting para pemain yang mampu menghidupkan karakter-karakter mereka. Segalanya dirancang dengan teliti untuk menyampaikan pesan cinta secara autentik dan menggugah perasaan penonton.

Kisah romansa yang dihadirkan dalam film ini tidak hanya sekadar klise, melainkan membawa kedalaman dan kompleksitas hubungan antar-karakter. Keunikan plot dan pengembangan karakter yang kuat menjadikan "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" sebagai karya yang mampu membuat penonton terhanyut dalam alur cerita yang penuh dengan liku-liku emosional.

Sejalan dengan banyaknya film berkualitas yang dirilis tahun ini, "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" berhasil menciptakan magnet tersendiri, menjadikannya sebagai salah satu pilihan utama bagi para pencinta film yang menginginkan pengalaman sinematik berkualitas tinggi.

Keunggulan "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" dapat ditelusuri hingga ke dalam fondasi skenario yang disusun dengan teliti dan cermat oleh Yandy Laurens, seorang sutradara dan penulis naskah berbakat.

Sebagai penikmat karya-karya sebelumnya yang dihasilkan oleh Yandy, dia memiliki ciri khas yang melekat pada film-filmnya sejak awal. "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" menciptakan nuansa yang begitu kental dengan identitas sutradara berusia 34 tahun tersebut.

Foto oleh dok. Clover Films/IMDb

Film ini membawa penonton melalui berbagai warna cinta yang dipaparkan dari premis yang segar, lalu dieksplorasi dengan imajinasi yang melampaui batas ekspektasi. Konsep yang terasa melawan arus mainstream dalam genre film cinta Indonesia mengingatkan pada karya-karya Yandy lainnya, seperti "Sore: Istri dari Masa Depan," "Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode," atau "Yang Hilang Dalam Cinta."

Dengan demikian, kehebatan film ini tidak hanya terletak pada eksekusi visualnya yang memukau, tetapi juga pada landasan cerita yang kuat dan berdaya kreatif tinggi, sebagaimana telah menjadi ciri khas dari karya-karya Yandy Laurens sepanjang karirnya.

Meskipun Yandy Laurens telah dikenal dengan karya-karya sebelumnya yang memukau, "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" membawa energi berbeda yang dominan, suatu aspek yang rasanya belum pernah ada dalam repertoar sebelumnya.

Dalam film ini, Yandy terlihat dengan jelas berupaya untuk menggali lebih dalam dalam membedah cerita dan memberikan sentuhan-sentuhan personal yang khas. Terdapat usaha yang sangat nyata untuk melampaui batas konvensional dan menciptakan sesuatu yang istimewa.

Tampaknya tidak sulit untuk menemukan penyebab dari kesan unik ini. Yandy kini menceritakan kisah tentang cinta seorang penulis film, membuka kesempatan bagi dirinya untuk tidak hanya mengobservasi bahasa cinta yang ada di sekitarnya, tetapi juga untuk melakukan refleksi internal yang lebih mendalam. Dengan mengambil perspektif ini, Yandy berhasil mengeksplorasi dimensi-dimensi emosional yang lebih pribadi dan mendalam dalam karya terbarunya ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline