Lihat ke Halaman Asli

Roby Martin

Kadang jadi Penulis dan lebih sering jadi Buruh Pabrik

Relasi Kekuasaan dalam Agama dan Masyarakat

Diperbarui: 28 September 2024   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com

Kekuasaan dalam agama dan masyarakat sering kali berjalan berdampingan, tetapi tidak selalu harmonis. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat bagaimana otoritas agama digunakan untuk memengaruhi tatanan sosial dan politik. Pertanyaan yang sering muncul adalah, siapa yang sebenarnya memiliki kekuasaan dalam agama? Apakah pemimpin agama, masyarakat, atau mungkin Tuhan itu sendiri?

Dalam banyak kasus, pemimpin agama memegang posisi penting, menggunakan legitimasi agama untuk mengarahkan masyarakat. Di sinilah letak masalahnya: kekuasaan agama kadang-kadang digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu, bukan untuk kebaikan bersama. Seperti pepatah, "Tuhan sering kali dibawa-bawa, tapi yang berkuasa tetap manusia." Relasi ini menjadi semakin rumit ketika masyarakat mulai mengaitkan agama dengan politik, menjadikan agama sebagai alat legitimasi kekuasaan.

Namun, apakah kekuasaan agama selalu menjadi hal yang buruk? Tidak selalu. Ada juga pemimpin yang benar-benar menjalankan agama untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Tetapi, ketika agama mulai menjadi bagian dari struktur kekuasaan, tidak jarang terjadi manipulasi, baik secara halus maupun terang-terangan.

Relasi antara agama dan kekuasaan ini pada akhirnya menjadi seperti pedang bermata dua: dapat memperbaiki tatanan sosial, tetapi juga bisa memperparah ketidakadilan. Dan pada akhirnya, yang sering kali terjadi, masyarakat hanya bisa "pasrah" sambil bertanya, "Kekuasaan siapa yang sebenarnya sedang kita ikuti?"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline