Lihat ke Halaman Asli

Roby Martin

Menulis di sini dan saat ini

Kader Partai Politik yang Kalah Pamor dengan Popularitas dan Modal Besar

Diperbarui: 11 Juli 2024   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di balik gegap gempita Pemilihan Kepala Daerah, ada cerita getir tentang seorang kader partai yang gagal meraih posisi kepala daerah. Sejak awal, dia mengikuti jenjang kaderisasi dengan semangat membara. Berangkat dari sekolah partai, merambah ke dunia kampus, dan akhirnya mendalami politik secara serius. Namun, kenyataan politik seringkali tak seindah teori di buku-buku pelajaran.

Kader ini, meski berpengalaman dan berdedikasi, kalah pamor dari para calon yang lebih populer dan punya modal amunisi politik yang lebih besar. Ironisnya, lawan-lawan politiknya lebih dikenal sebagai selebritas dan figur publik yang sering muncul di layar kaca. Popularitas mereka mengalahkan segala bentuk pengalaman dan kompetensi yang telah dibangun dengan susah payah oleh sang kader.

Selain itu, politik adalah soal kedekatan dengan para elite partai. Tanpa dukungan kuat dari atas, kader ini seolah berjalan di jalan terjal tanpa sandaran. Para elite lebih memilih mendukung figur yang bisa menaikkan citra partai secara instan, bukan mereka yang telah setia mengabdikan diri dalam waktu yang lama.

Begitulah politik di Pemilihan Kepala Daerah yang maju bukanlah kader partai yang telah ditempa dalam proses panjang, tetapi mereka yang punya nama besar dan modal kuat. Ini adalah realitas pahit yang harus dihadapi oleh mereka yang benar-benar ingin membangun daerah dengan dasar kompetensi dan integritas.

Sebenarnya, partai politik seharusnya lebih memperhatikan kaderisasi yang matang. Kader yang telah melalui proses panjang dan teruji harusnya mendapat kesempatan lebih besar untuk maju dalam Pilkada. Namun, kenyataannya sering berbeda. Dalam arena politik, uang dan popularitas masih menjadi raja.

Kader itu mungkin kalah kali ini, tapi cerita ini adalah pengingat bahwa sistem politik kita butuh perubahan. Mungkin saatnya bagi partai untuk benar-benar memberikan ruang bagi mereka yang telah berjuang dari bawah, bukan sekadar mendukung mereka yang bisa tampil sebagai badut politik di panggung pemilihan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline