Ada banyak kejanggalan dari klaim kemenangan paslon 02 Prabowo-Sandiaga. Mereka yang mengklaim memperoleh suara 62 persen itu ternyata berasal dari data yang tidak valid.
Hal ini berdasarkan analisis Wakil Direktur Saksi TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Lukman Edy. Berdasarkan temuannya banyak kesalahan data yang coba dimasukan oleh BPN Prabowo-Sandi demi memenangkan jagoannya tersebut.
Ketidakvalidan itu meliputi adanya 10 persen data rusak, berupa data ganda, alamat TPS tidak lengkap, dan angka suara kedua pasangan calon tidak lengkap.
Selain itu, Lukman menyatakan jumlah sampel data yang dimiliki BPN Prabowo-Sandi tidak proporsional. Hal itu terjadi di DKI Jakarta dan Jawa Tengah yang jumlahnya hampir sama yakni sekitar 300 data.
Padahal jumlah DPT di Jawa Tengah jauh lebih besar daripada DPT di Jakarta.
Kemudian, TKN juga mencoba mengambil beberapa contoh data perolehan suara dari wilayah Lampung dan DKI Jakarta yang diklaim dimenangkan oleh kubu Prabowo. Dalam analisisnya, pihak TKN justru menemukan hasil berbeda.
Dalam analisis tersebut ditemukan kalau kubu pasangan calon nomor urut 02 tersebut hanya menginput data sebagian dari tempat pemungutan suara (TPS) di wilayah Lampung dan DKI Jakarta.
Yang klaim 62 persen dari 02 itu ternyata 01 dibuat 40,91 persen dan 02 menang 59,09 persen. Itu pun ternyata bohong, karena kubu 02 hanya memasukan 30 TPS saja di Lampung.
Sementara, di DKI Jakarta ditemukan hal yang serupa. Lukman mengatakan data TKN hampir 40 persen yang masuk. Dan hasilnya hampir sama dengan real count KPU dan quick count lembaga survei.
Berdasarkan hasil perolehan TKN di Jakarta yakni sebesar 55,4 persen. Sementara real count KPU sebanyak 54,2 persen. Sedangkan dari lembaga survei Jokowi-Ma'ruf memperoleh suara sebesar 51,74 persen dan 51,9 persen.
Sementara pihak sebelah [kubu Prabowo-Sandi], menyatakan menang di Jakarta. Setelah dilihat, ternyata hanya diinput 300 TPS saja. Sekali lagi ini kebohongan kedua.