Kelapa adalah salah satu buah yang kaya manfaat. Dari ujung akar sampai ujung daun, semua dapat dimanfaatkan. Kayunya bisa dipakai untuk perabotan rumah, daunnya yang muda untuk kulit ketupat, lidinya bisa dijadikan sapu, serabut dan tempurungnya bisa dijadikan kerajinan, kelapanya bisa dijadikan berbagai olahan makanan, bisa jadi minyak kelapa, santan dan masih banyak lagi manfaat lainnya.
Kalau semangka, buah yang kaya akan air, menghilangkan rasa dahaga karena ternyata kandungan air pada semangka mencapai 92%. Maka tidak jarang, ketika ada jamuan makan, pasti ada buah semangka sebagai makanan penutup atau pencuci mulut.
Yang menarik, ada analogi unik yang bisa kita jadikan pelajaran dari kedua buah yang kaya akan manfaat itu. Bukan berati penulis mendiskreditkan buah tertentu, namun ini adalah buah pikir dari kolaborasi antara dzikir dan pikir akan luar biasanya ciptaan Allah yang ada di muka bumi ini.
Kelapa, orang yang takabbur(sombong) diumpamakan sebagai buah kelapa. Kok bisa? Yuk kita cek, pohon kelapa rata-rata memiliki tinggi diatas 2 meter. Bahkan ada yang sangat tinggi mencapai 10 meter. Ini memiliki arti begitulah orang sombong, merasa paling tinggi, paling hebat, paling bisa, dan segala kesombongan lainnya.
Kita lihat orang yang sedang memanen kelapa, ketika sabit sudah memotong pangkal kelapa, apa yang terjadi? Kelapa dibiarkan jatuh, bahkan sampai bersuara 'bhuuukkk'. Tidak ada yang siap menangkap di bawahnya, dibiarkannya jatuh. Ya seperti itu juga orang yang sombong, suatu saat pasti mereka yang sombong akan jatuh, tidak akan ada yang mau menolong. Karena kebiasaan mereka yang sombong, meremehkan orang lain.
Tidak sampai disitu, setelah itu kelapa akan satu persatu diangkut ke kendaraan, kelapa-kelapa itu dilemparkan ke bak kendaraan itu, tanpa khawatir apapun. Lagi-lagi begitulah nasib orang sombong, mereka akan ditolak dimanapun mereka berada, tak ada yang mau dekat dengan mereka.
Ketika sudah sampai di pasar, malah ngeri lagi. Diambilnya golok, dikupas serabutnya dengan golok yang tajam, terbelahlah serabutnya. Setelah dipecahlah tempurungnya dengan pukulan yang keras 'thaakk' berkali-kali.
Lalu kelapa itu diparut hingga kecil-kecil, setelah itu diperas, diremas, santannya akan dipanaskan, dididihkan sedang ampas kelapanya dibuang dan dimakan ayam. Inilah nasib tragis orang yang sombong, akan mati dan disiksa tidak ada habisnya.
Kebalikannya, buah semangka memiliki pohon yang merambat, rendah, dekat dengan tanah, buahnya pun besarnya masih 11 12 dengan kelapa, sama sama besar. Begitulah orang tawadhu' rendah hati, mereka tidak merasa paling hebat dan paling bisa.
Lihatlah orang yang memanen semangka, apakah semangkanya akan dilempar-lempar? Tidak, justru akan diambil satu persatu pelan-pelan, dengan kehati-hatian.
Alangkah indahnya orang yang rendah hati, mereka akan diperlakukan dengan baik pula, orang-orang akan hati-hati ketika bergaul dengannya. Akan menjaga tutur katanya, perilakunya ketika bercengkrama dengan orang yang rendah hati.