Pertanyaan tentang apakah agama dapat menjadi dasar sistem dalam ilmu pengetahuan adalah topik kompleks yang melibatkan filsafat, sejarah, dan perspektif dunia yang berbeda. Hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan telah dibahas oleh banyak pemikir dari berbagai tradisi.
1. Agama dan Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah
Dalam sejarah, banyak ilmuwan di era klasik dan abad pertengahan yang menggunakan agama sebagai dasar pemikiran ilmiah. Misalnya:
Ilmuwan Muslim seperti Ibn Sina (Avicenna) dan Al-Farabi mengembangkan sains dan filsafat dengan dasar ajaran Islam, meyakini bahwa memahami alam semesta berarti memahami kebesaran Sang Pencipta.
Ilmuwan Eropa pada abad pertengahan, seperti Copernicus dan Newton, memiliki kepercayaan bahwa hukum alam adalah manifestasi keteraturan Tuhan.
Filsafat Timur seperti dalam Hindu-Buddha juga sering mengaitkan kosmologi dan eksistensi manusia dengan prinsip spiritual.
Namun, seiring perkembangan ilmu pengetahuan modern (khususnya sejak abad ke 17 dan era Pencerahan), pendekatan ilmiah lebih menekankan metode empiris: pengamatan, hipotesis, eksperimen, dan bukti terukur, yang sering dianggap terpisah dari dogma agama.
2. Agama sebagai Dasar Nilai dalam Ilmu Pengetahuan
Meskipun ilmu pengetahuan modern tidak bergantung pada agama sebagai dasar sistem metodologinya, agama sering memberikan panduan etika dan moral bagi penerapan ilmu pengetahuan.
Contoh:
Isu bioetika seperti kloning manusia, rekayasa genetika, dan eutanasia melibatkan prinsip etis yang sering dipengaruhi oleh ajaran agama.