Lihat ke Halaman Asli

JALAN YANG AKU PILIH

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

JALAN YANG AKU PILIH

Kita memang jarang bertatap muka. Ah, rasanya sangat jarang sekali kita bertutur kata. Ya, memang ada sesuatu yang harus kita jaga. Ada kaidah-kaidah yang harus dijalankan. Ada aturan yang membuat kita untuk sementara tersekat. Namun, tak mengapa itu semua demi kebaikan.

Walaupun engkau tak tahu apa yang sedang kurasakan, namun aku yakin akan sebuah pilihan. Iya, memantapkan hati untuk tetap teguh dalam pendirian. Sembari memperbaiki diri untuk memantaskan jika suatu saat kita dipertemukan. Setidaknya inilah jalan yang kupilih. Terkadang jalan ini sangat menjenuhkan. Banyak rintangan maupun godaan untuk lepas dari pendirian. Namun, ada sesuatu yang membuat untuk tetap bertahan.

Engkau yang aku tak tahu apa juga memiliki rasa yang sama. Biarkanlah rasa ini ada dan bersemayam hingga suatu saat Tuhan yang akan membukakan. Aku takut jika terlalu dini untuk kunggkapkan, barangkali Tuhan tak merestui. Aku takut, Tuhan tak berkenan lantaran cara ku yang terlalu norak dan gegabah dalam mengambil keputusan. Ingin mendahului kehendak Tuhan sehingga menerobos batasan-batasan. Biarkanlahh doa-doa ini terpanjatkan untuk sebuah kebaikan. Biarkanlah diri ini untuk terus memantaskan, walaupun getir perih terus kurasakan.

Engkau yang masih mengejar mimpi. Teruslah berjuang tanpa kenal berhenti. Mimpimu pantas untuk diperjuangkan. Tak usah kau hiraukan manusia yang rendah nan kecil ini. Manusia yang terpinggirkan dan tak dianggap oleh khalayak. Aku akan berusaha meneguk setiap air kesabaran. Aku akan berusaha terus hingga aku tak tahu betapa rindu ini menenggelamkan.

Engkau yang duduk dan membaca buku untuk merampungkan studi. Engkau yang masih merangkai kata demi kata untuk mendapatkan gelar sarjana. Engkau yang terus berjalan dalam sebuah mimpi yang membentang. Jangan kau lihat diriku. Jangan kau tengok aku. Aku hanyalah debu pengganggu matamu untuk meraih mimpi. Aku hanyalah penghalang setiap jalanmu dalam merampungkan studi. Teruslah berjalan.

Pertemanan kita, biarlah begini adanya. Aku yang terus berusaha memperbaiki dan memantaskan diri engkau yang terus meraih mimpi. Kita terus berjalan walaupun dalam tempat yang berbeda. Anggaplah aku penghibur penatmu dikala rutinitas kampus melanda. Biarkanlah aku selalu melontarkan guyonan yang dapat membuat kita tertawa. Dan kita terus berjalan tanpa kenal lelah.

Semoga cara ini adalah cara terbaik yang direstui Tuhan. Biarkanlah waktu yang menjawab perjalanan kita.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline