Satu lagi hasil karya Dalam Negeri yang luput dari dukungan. Vaksin merah putih ini yang di produksi oleh 6 lembaga, di antaranya Universitas Airlangga ini sendiri dan Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman. Pertama, mengenai perkembangan riset vaksin merah putih, kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio membeberkan sejumlah kendala yang dihadapi selama uji klinis dimulai dari sulitnya mendapat relawan hingga kemunculan mutasi virus baru.
Prof Amin sendiri juga menjelaskan semakin banyak masyarakat yang sudah di vaksinasi maka nantinya akan menjadi sedikit jumlah subjek yang memenuhi syarat untuk melakukan uji klinis tersebut dikarenakan persyaratan uji klinis ini harus dilakukan pada subjek atau manusia yang belum sama sekali menerima vaksin COVID-19 (health.detik.com).
Kedua, kendala lainnya yaitu bermunculan mutasi virus Corona yang dimana harus terus menerus memantau varian Corona yang mendominasi virus yang beredar khususnya diwaktu saat ini. Dalam jumlah kasus yang beredar saat ini ditemukan 90% adalah varian Delta tetapi itu tidak bisa dipastikan kondisinya hingga beberapa bulan kedepan. Ketiga, kendala lainnya yaitu dalam mengembangkan sebuah vaksin khususnya vaksin merah putih ini yakni memastikan 3 kriteria yang dimana kriteria tersebut adalah aman, efektif, dan halal serta dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Keempat, kendalanya yaitu biaya yang digunakan tidaklah sedikit. Pada 1 subjek penelitian uji klinis saya dibutuhkan kurang lebih sekitar Rp20 juta pada satu subjek , sedangkan dalam penelitian uji klinis ini dibutuhkan paling sedikit 5.000 hingga 20.000 subjek. Kelima, kendalanya yaitu tidak sedikit dari masyarakat Indonesia sendiri yang masih ragu akan keefektifan vaksin COVID-19. Banyak yang masih berasumsi bahwa vaksin COVID-19 ini malah membuat kasus persebaran ini semakin melonjak hingga pada efek samping yang didapatkan hingga pada risiko kematian.
Dari data-data resmi yang berisikan banyak kendala yang dihadapi dalam proses pengujian klinis pada vaksin merah putih ini, menurut saya terkait vaksin merah putih ini ketika vaksin itu sendiri bisa membuktikan keefektifannya dalam menangani COVID-19 dan tidak kalah dengan vaksin-vaksin luar lainnya saya rasa kita sebagai mahasiswa dan masyarakat Indonesia harus terus mendukung adanya program pembuatan vaksin merah putih tersebut.
Tentunya vaksin merah putih tersebut tidak semata-mata muncul begitu saja seperti data diatas, tetapi banyak proses penelitian yang telah dilakukan secara bertahap dan berangsur-angsur sehingga nantinya akan dapat menemukan formula yang pasti sangat efektif dalam menangani COVID-19. Ketika vaksin merah putih telah terbukti nantinya memiliki keefektifan dan diakui oleh WHO ( World Health Organization ) tentu saja dirasa hal ini kita sebagai mahasiswa dan masyarakat Indonesia harus mendukung adanya vaksin tersebut apalagi vaksin ini dibuat oleh anak bangsa.
Namun, melihat dari kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembuatan vaksin ini terutama pada masyarakat yang kurang percaya terhadap produk dalam negeri atau dapat dikatakan dipandang sebelah mata oleh masyarakat itu sendiri, padahal masyarakat Indonesia tidak mengetahui secara detail bagaimana pembuatan vaksin tersebut dan seringkali menjadi persoalan lainnya adalah munculnya informasi yang mengandung hoax namun diterima begitu saja dan dipercayai kebenarannya oleh masyarakat Indonesia.
Untuk itu kita sebagai mahasiswa dan masyarakat Indonesia yang bijak sangat diperlukan dalam menyaring informasi yang ada sehingga tidak ada kesalahpahaman terkait hal-hal penting seperti keefektifan vaksin COVID-19 itu sendiri. Proses pembuatan vaksinasi ini juga memakan biaya yang cukup besar tetapi juga memberikan keuntungan lagi karena tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk membeli vaksin dari luar negeri.
Hal ini tentunya mengurangi beban negara untuk mengeluarkan anggaran dalam membeli vaksin. Terkait terus menerus munculnya varian baru dari mutasi COVID-19 ini juga tentunya sangat mengkhawatirkan semua orang, oleh karena itu kita sebagai mahasiswa dan masyarakat Indonesia harus terus menerapkan protokol kesehatan sehingga penyebaran dan risiko virus ini bermutasi semakin sedikit.
Pro dan kontra yang ada itu merupakan hal yang biasa terjadi dan wajar di negara demokrasi ini, tentunya ada satu hal yang perlu dilakukan oleh negara adalah terus memberikan edukasi terkait vaksin merah putih ini kepada masyarakat sehingga masyarakat Indonesia tidak memandang sebelah mata terhadap vaksin ini. Kita sebagai mahasiswa juga dapat memberikan bantuan dan support kepada negara dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan melakukan webinar atau kampanye mengenai vaksin merah putih ini yang tentunya terus menerus akan dilakukan pengujian klinis sehingga mendapatkan pengakuan dari WHO itu sendiri.
Pemberian edukasi seperti ini menurut saya merupakan unsur yang cukup penting dalam upaya mendukung program vaksin tersebut karena sering kali dan juga banyak masyarakat awam Indonesia yang tidak memperoleh informasi atau edukasi terkait hal-hal seperti itu sehingga memunculkan multitafsir yang berbeda-beda. Saya berharap akhir tahun 2021 ini Indonesia relatif aman dari ancaman Covid-19 dan perkuliahan dapat berjalan dengan baik seperti biasa. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa juga masyarakat Indonesia harus terus mendukung program vaksin merah putih ini agar lolos uji klinis secepatnya.