Resa menanyakan botol kecil yang ada di kantong Rio. Ia menanyakan itu karena penasaran---menonjol di kantong jin Rio.
Rio menjawab bahwa itu adalah minyak wangi. Minyak wangi untuk salat. Resa kaget. Baru tahu ada minyak wangi ada yang berbentuk itu dan untuk salat.
Resa tak percaya kalau itu minyak wangi. Non alkohol pula. Berbeda dengan yang ia punya: beralkohol. Rio menegaskan bahwa itu memang minyak wangi, untuk salat.
Rio merasa heran, "Kok bisa-bisanya ia tidak pernah melihat minyak wangi seperti ini?" tanya Rio di dalam hati.
Padahal ia tinggal di Ibu Kota Jakarta. Kota yang barang apa pun dicari bisa dikatakan ada. Canda Rio.
Keheranan Rio selanjutnya kepada Resa adalah, ia tidak pernah tahu di mana keberadaan masjid dekat rumahnya. Rio menanyakan itu karena ia ingin pergi salat.
"Kamu sebetulnya tinggal di sini udah berapa lama, sih?" tanya Rio mendesak.
Resa menjawab dari kecil. Rio tak percaya. Bagaimana bisa tinggal di pusat kota dari kecil tetapi tidak tahu keberadaan masjid di sekitar sini. Minimal, pernah mendengar.
Rio mulai bertanya-tanya dalam hati, "Bagaimana pergaulan dia?"
Tak berapa lama, ada mobil yang berhenti persis di depan rumah Resa. Ada tiga orang. Dua laki-laki, satu perempuan.
Dua laki-laki menyamperi Resa dengan gayanya yang modis. Rokok di tangan kanan dan parfum yang menusuk hidung siapa pun yang dekat dengannya. Sedangkan seorang perempuan, yang juga mengenal Resa, menunggu di dalam mobil.