Lihat ke Halaman Asli

Robiatul Adawiyah

Seorang ibu rumah tangga yang menyambi menjadi pengelola di yayasan pendidikan

Keagungan Cinta yang Hakiki

Diperbarui: 8 Desember 2020   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Jum'at ini, kembali rutinitasku seperti biasa, pagi menyiapkan sarapan untuk keluarga. Kemudian menyiapkan pakaian anak-anak yang akan berangkat kesekolah dan menyiapkan bekal buat si kecil yang baru kelas dua Sekolah Dasar. 

Alhamdulillah semua terlaksana dan hatiku merasa puas. Setelah urusan anak-anak beres berlanjut ke bayi besar, ya suamiku tercinta yang tak mau ketinggalan juga seperti iri dengan buah hatinya. Manjanya itu melebihi anak bungsuku. 

Semua itu terkadang membuat rasa jengkel, tapi bahagia rasa di hati, dengan kemanjaannya membuktikan bahwa tak ada wanita lain di hatinya. Di tahun 2011 aku diberi anugerah tak terhingga oleh Allah Subhanallahu Wataala karena dinyatakan hamil. 

Semenjak suami dan anak-anak tahu bahwa aku hamil, mereka memperlakukanku sangat berlebihan, maklum aku hamil di usia yang tidak muda lagi kepala empat, termasuk resiko tinggi bagi kehamilan diusia lanjut. Namun dokter berkata bahwa kehamilanku sehat baik ibu maupun jabang bayinya, Dan ketika tahu jenis kelaminnya "Baby boy", tambah sayangnya mereka kepadaku. 

Maklum anak-anakku sudah besar yang sulung berusia 20 tahun, yang kedua kelas 2 SMA, dan yang ke tiga kelas 5 SD, semuanya perempuan, dengan jarak lima tahun sedangkan ke bungsu sebelas tahun.

 "Mah, jum'at ini Papah sholat di Kantor aja, " katanya kepadaku sambil meluk aku dari belakang, kan manjanya lagi rutukku dalam hati. 

"Kenapa Pah, kan biasanya di Masjid deket rumah" "Hari ini Papah mau ketemu client, tentang progress proyek di Cilegon" katanya, masih mengusek-usek dileherku membuat aku berjengit karena geli. 

" Ya sudah Mamah siapin baju koko nya dulu," ga usah bawa bekal ya Pah," kataku sambil melepas tangannya dari pelukan. 

Setelah selesai menyiapkan baju koko, aku melanjutkan tugasku di dapur membereskan sisa makan di meja makan. Hampir semua beres dan kulihat suamiku sedang menurunkan anak tangga, tanpa sadar aku merasakan kekagumanku,

"ah suamiku walau umur sudah kepala lima tapi masih terlihat gagah", bisikku dalam hati. 

" hayyo.. lagi mikirin apa, kenapa mamah ngeliatin Papah kaya gitu." Tanyanya kepadaku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline