Lihat ke Halaman Asli

Pak Hasan Penjual Beras

Diperbarui: 15 Maret 2024   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Edvard Munch - Self Potrait

Aku menyebrang jalan, kemudian menelusuri tumpuan jalan buta yang padat sekali. Aku hampir tidak dapat melihat kondisi wilayah ini yang sebenarnya karena tubuh orang-orang menghalangi pandanganku.

"Hey yang benar saja! tadi kau injak kakiku ini, buta kah kau punya mata?" 

Ribut sudah orang itu.

Di tengah keramaian seperti ini masih ada yang tidak rela jika kakinya diinjak, padahal untuk melalui jalan yang seperti ini memang tidak butuh mata lagi, tak ada jalan yang bisa dilihat, jika tidak tergesa-gesa kau akan semakin terjebak, namun yang perlu kau utamakan adalah keluar dari tengah-tengah orang ini.

Aku sudah lapar, tak tertahankan, makanan gurih dan manis terngiang-ngiang di pikiranku. Aku ingin membeli beberapa jajanan yang terpampang di pinggir sana tapi tolong, aku tidak bisa keluar.

Langit sudah mulai mendung, aku tidak bawa payung, alamat tidak bisa berteduh juga, halah! sial sekali hari ini.

"Beras dengan kualitas seperti ini dijual murah sekali, memang kau dapat untung, Pak?" ucap salah seorang laki-laki yang berdiri di sampingku, aku lantas menoleh, pandanganku langsung menuju ke arah Pak Tua yang sedang menggendong beras.

"Dapat, memang tak banyak jika pembeli tidak banyak." jawab pak tua itu.

"Pantas pakaianmu lusuh, harusnya kau dapat untung banyak dari jual beras seperti ini karena aku yakin banyak orang yang akan beli., lalu kau bisa beli baju." 

Pak tua itu terdiam sebentar. "Aku hanya tidak ingin memberatkan pembeli, desa kita banyak menghasilkan beras seperti ini, persaingan antar penjual sangat keras, aku butuh uang untuk anak-anakku." 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline