Saat tengah duduk di bangku sekolah, kita selalu ingin merasakan kebebasan. Bebas menurut pelajar itu seperti apa? Bebas menurut pelajar itu umumnya dapat diartikan seperti keluar dari zona nyamannya waktu belajar dan segala sesuatu yang berkaitan dengan peraturan. Namun, bukan berarti semua pelajar tidak suka belajar, ada juga anak yang dunianya hanya diisi dengan belajar dan mereka nyaman dengan itu. Pelajar yang dimaksud di sini adalah pelajar yang ingin merasakan dunianya orang dewasa, dapat mencari uang tanpa melibatkan waktu sekolah, dapat keluyuran malam dengan bebas tanpa memikirkan 'ah! besok ujian' atau diteriaki Ibu 'Jangan main hp mulu! Belajar, besok ujian!'. Terlebih lagi, mereka suka dengan hal-hal yang bebas dari aturan, seperti mengecilkan pakaian, memakai sepatu dengan warna yang mencolok, warnai rambut, dan sebagainya.
Hal yang paling menyenangkan untuk kita pikirkan saat masih sekolah adalah ketika kita berencana ingin menjadi apa setelah lulus nanti. Kita senang melihat para karyawan memakai baju bebas dan rapi untuk pergi ke kantor tanpa memikirkan bagaimana cara dapat diterima di kantor tersebut. Kita senang dengan istilah student exchange di perkuliahan karena memang terdengar keren dan modern sekali tanpa memikirkan bagaimana cara agar kita dapat bertahan hidup di negara orang lain. Kita juga senang berpikir bisa berjualan dari pagi hingga petang tanpa berpikir bagaimana rasa khawatirnya saat tidak ada pelanggan selama berjam-jam.
Jadi dewasa itu sulit, tapi juga menyenangkan karena hal yang dapat kita eksplor lebih banyak dibanding saat masih duduk di bangku sekolah. Mau kita berasal dari keluarga kaya rayapun jika tidak ada usaha sama sekali dalam bekerja, nama baik kita tetap tercoreng. Namun menjadi orang tidak mampu pun harus bisa menerima fakta bahwa mau sebaik apapun diri kita, masyarakat pada umumnya akan bersikap lebih hormat dan lebih baik lagi kepada kalangan ekonomi teratas walaupun mereka bersikap arogan. Dan fakta menariknya lagi, pertemanan saat dewasa tidak sesederhana di sekolah, mayoritas orang dewasa mencari teman adalah untuk menjalin koneksi baik demi keuntungan mereka masing-masing di masa kini maupun di masa depan.
Kebahagiaan menjadi dewasa adalah jika kita dapat memutar balikan semua itu. Menjadi seseorang yang berprestasi secara akademik maupun non akademik, menjadi seseorang yang cukup secara ekonomi karena berhutang pun bisa dianggap jahat walaupun konteksnya adalah sedang minta pertolongan. Bahkan percintaan sendiri menjadi suatu nilai mahal yang sulit dibeli bagi orang yang tidak mampu. Mungkin hal tersebut menjadi alasan mengapa orang-orang berkelas mayoritas menikah di usia 30 tahun ke atas dan orang yang menikah di usia tersebut hidupnya jauh lebih bahagia dan menghasilkan keturunan yang sangat baik dibanding dengan orang yang menikah di usia muda.
Mungkin sebagian orang tidak setuju dengan opini tersebut. Namun dari fakta lapangan, hal-hal itu menjadi pengalaman yang paling banyak terjadi. Banyak sekali beredar komentar-komentar di sosial media yang dengan terang-terangan menjelaskan kondisi ekonomi dan percintaan mereka di usia 20 tahunan. Bukan hanya komentar, banyak juga pengguna akun sosial media yang menjadikan kisah ekonomi dan percintaan mereka menjadi konten utama dan konten-konten seperti ini selalu memiliki views yang banyak sekali terlepas dari membagikan privasi mereka masing-masing. Point menarik dari perilaku orang lain adalah bersikap baik tidak selalu mendapatkan balas kasih yang sama dari orang lain, namun hukum alam selalu menyelamatkan mereka berdasarkan perilaku mereka masing-masing.
Mencari pekerjaan tidak mudah, berperang dengan pemikiran tidak mudah, berteman tidak mudah, menjalin percintaan tidak mudah. Semakin bebas, kita semakin dihadapkan dengan banyak pilihan yang dapat merugikan atau menguntungkan untuk diri kita sendiri. Badainya bukan lagi tentang remedial ulangan, diputusin namun masih bisa tertawa terbahak-bahak bersama teman-teman di kelas, rok/celana dicoret guru karena kekecilan, hp disita, dll. Namun tentang bagaimana kita berani atau tidak mengambil risiko lebih jauh lagi untuk mendapatkan kebahagiaan menurut diri kita masing-masing.
Pemikiran untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh dan mencari pengalaman kerja di usia belasan tahun adalah penyelamat sesungguhnya dari situasi ekonomi dan percintaan masing-masing di masa depan, tidak peduli mau kita berasal dari kalangan ekonomi atas, menengah, atau bawah. Pemikiran kita mengenai kehidupan akan berkembang seiring berjalannya waktu, maka dari itu, kita kadang berpikir penampilan kita saat masih sekolah itu kuno yang padahal bukan karena penampilan kita yang kuno, namun karena selera kita sudah berkembang dan semua itu berasal dari pemikiran di otak kita yang telah berkembang.
Hal yang harus diingat saat kita telah dewasa adalah setiap orang memiliki badainya masing-masing, jadi pertahankan umur kita ketika Tuhan belum mau menjemput. Saat depresi, nikmati masa-masa depresi dan jangan memaksakan apapun kecuali pemulihan untuk diri kita sendiri. Saat berada di atas, jangan lupakan orang yang di bawah jika tidak mau kepunyaan kita raib entah kemana. Agar hidup tetap tenang, bertoleransilah dan jangan mudah terpancing dengan emosi orang lain. Keluarkan apa yang membuat kita sedih dan utarakan apa yang membuat kita senang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H