Lihat ke Halaman Asli

Transisi Februari

Diperbarui: 10 Februari 2016   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah disuatu waktu  
Hadir setangkup harapan dalam kalbu 
Kala kutinggal penyaji aneka menu 
Simbolnya megah dipelosok dunia 
Persinggahan lalang wisata 
Multi kultural dalam racikan 

Dihiruk pikuk aktivitasnya 
Kubaktikan eksistensiku 
Namuku terpatri indah
Berkas terkirim berkat lambangnya
Heran kecewa dalam jawaban

Tiada suka tiada nestapa
Di nuansa hijau terhampar datar
Kala panas menggegat dingin menggetar
Walau damai mengisi transparansi layar
Terperangah wajahnya melihat langkahku

Kuraih, kujejaki tekateki impian
Di pelangi tugas arena baru
Penyita waktu nan tak berimbang
Sahabat, karir tak bertemu

Negeri ini pionir hak azazi
Terpecah belah ambisi pandang
Simpang siur pengertian
Dayaku terenggut dua sisi opposisi

Ah, diriku yang penuh liku
Terhempas bayu tornado haru biru
Kembali aku diperbatasan destini
Transisi Februari penuh kontradiksi

Samar arah langkah kaki 
Lumpuh logika terjerat keputusan diri
Pasrah hanya pilihan tunggal
Didasar jurang terlihat ketinggian
Bangkit meniti mendaki tebing

Desah bisikan disujud membumi
Ikhlas hati disenyap meditasi
Terdengar langit nan tak bertepi
Suatu keajaiban sukses ambisi
Terhampar indah dirutinitas dini

Puji syukur rangkaian tutur
Saat pelita melentera sukma
Tak kan pernah lagi membumbung ilusi
kala kaki pernah tapak didasar tercuram
Lahan pesona bunga kehidupan

Indahnya kerap bergelayut dalam hiba dialog sakral
Walau kecap keliru diterpa gelombang menerjang
Bahtera asa terpayung radiasi risau
Terjaga romantis harmonis renjana
Ke Primadona Sang Pengatur Sang Pengasih

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline