Lihat ke Halaman Asli

Cemburu Terlukis Tanpa Warna Rindu

Diperbarui: 13 Januari 2016   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cemburu terlukis tanpa warna rindu.

Aku penonton tak diundang
Dialtar pagelaran semu
Menyibak sandiwara nan meradang
Berbaur harap berpicu bayang
Seksama menjegal kerdip netra
Mengasah urai buaian kalimat
Tergurat mutu manikam digegap riuh
Mungkinkah renjana masih terpatri?

Hujan bisu nan kau deraskan
Mencuci noda rahasia bathin
Angin belaian ke tak acuhan
meniup kisah nan tertinggal
Benih nan ranum kau percik api
Tersulut ladang bablas aksara
Hilang harap dalam rujukan

Paranada dialog virtual
Merentang duga mengawang sangka
Merengkuh renyah pelangi desir
Bergelayut menerawang cakrawala angan
Terkesima ditepian hati
Memendam mega warna lara
Pijar getar merasuk sukma

Mengulum senyum melirik kuncup puspa
Parau penat meliuk gundah
Sembul murka tertimbun tangkup logika
Pulas rundung digeliat celoteh gelora asa
Belenggu temali nestapa terberai serpihan restu
Tertepis sesal dilorongi nama semumu
Cemburu terlukis tanpa warna rindu.

 

Anna Sangkala, Januari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline