Kebakaran hutan di provinsi Riau semakin mengkhawatirkan. Kebakaran ini terjadi pada musim kemarau setiap tahunnya. Tidak hanya meresahkan masyarakat yang ada di Provinsi Riau , namun masyarakat di provinsi tetangga juga merasakan dampaknya seperti Sumatera Barat , Jambi dan Provinsi terdekat bahkan hingga negara tetangga.
Sijunjung salah satunya yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Langit Sijunjung saat ini krisis udara bersih. Banyak warga yang resah karena polusi asap. Selain membahayakan pernafasan , kabut asap juga dapat meningkatkan angka kecelakaan, karena jarak pandang yang kian dekat.
Sebagian warga beranggapan bahwa asap kali ini kiriman dari Riau (Pekanbaru). Memang benar seperti itu. Namun situs GoRiau.com menyebutkan kabut asap ini sebagian besar berasal dari kebarakan hutan di Malaysia. Titik api di Riau telah menyusut namun kabut asap semakin pekat.
Menurut Kepala Data Informasi dan Humas BNPB Riau , Sutopo Purwo Nugroho , Jumat 7/3/2014 kemarin , titik api terbanyak berasal dari kebakaran hutan yang ada di Malaysia , hal itu terpantau oleh satelit NOAA 18.
Hal ini diperkuat oleh hasil analisis BMKG Pekanbaru bahwa arah angin dari Malaysia saat ini menuju Indonesia khususnya Pulau Sumatera.
Jadi , kabut asap yang menyelimuti langit Sijunjung tidak hanya dari Riau melainkan bercampur dengan asap yang berasal dari Malaysia.
Berikut delapan (8) gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat kabut asap dalam situs dinkes.sijunjung.go.id :
1. Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
2. Kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain. Seperti bronkitis kronik, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik).
3.Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
4.Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakit kronik) dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan
5. Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang. Sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
6. Secara umum berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
7.Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi, kemungkinan juga dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
8.Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena ketidakseimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dan lain-lain penyebab penyakit (agent) dan buruk
Apa yang harus dilakukan masyarakat untuk mengurangi dampak kabut asap ? Berikut penjelasan situs resmi Dinas Kesehatan Sijunjung :
1. menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) misalnya masker untuk penutup mulut dan hidung bila berpergian dengan kendaraan atau beraktifitas luar rumah, Kacamata untuk melindungi mata ketika berkendara.
2. Mengurangi aktifitas di luar rumah bila tidak perlu (Terutama penderita jantung dan gangguan pernapasan)
3. Meningkatkan daya tahan tubuh,istirahat yang cukup dan banyak minum air putih
4. Tidak membakar hutan untuk perkebunan atau kegiatan lain yang menyebabkan timbulnya dan bertambahnya asap kabut.
5. Membudayakan Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di semua tatanan terutama membiasakan CTPS dan mencuci sayur dan buah yg akan dikonsumsi.
6. melindunggi sumber air dan hindari pemakaian air hujan pertama setelah musim kemarau.
7. Menutup tempat makanan dan minuman supaya terhindar dari polusi
"Terlebih kebakaran lahan yang masih berupa titik panas terpantau oleh Satelit NOAA 18 dan modis sangat banyak di Malaysia seberang Riau atau sekitar Malaka," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kepada pers di Pekanbaru, Jumat (7/3/2014). - See more at: http://www.goriau.com/berita/peristiwa/ternyata-polusi-kabut-asap-riau-kiriman-malaysia.html#sthash.S9XB72IG.dpuf
"Terlebih kebakaran lahan yang masih berupa titik panas terpantau oleh Satelit NOAA 18 dan modis sangat banyak di Malaysia seberang Riau atau sekitar Malaka," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kepada pers di Pekanbaru, Jumat (7/3/2014).