Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran dari Seorang Peloper Koran yang Naik Haji dari Jepang

Diperbarui: 15 Agustus 2016   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mabit di Mina (dokumen pribadi)

Setelah bertahun-tahun menabung dari penghasilannya sebagai peloper koran, akhirnya pemuda ini dapat berangkat haji. Abdullah bercerita, dia memiliki cita-cita untuk naik haji semenjak kedatangannya dari Jawa Tengah. Sejak niat itu tercetus, dia lantas konsisten menyisihkan penghasilannya dari bekerja sebagai loper koran.

“Saya tidak mendapatkan beasiswa atau pun dukungan finansial keluarga, untuk biaya kuliah, kebutuhan hidup, dan pergi haji ini saya menyisihkan dari pendapatan loper koran Mas” paparnya.

Lajang berusia 25 tahunan ini sehari-harinya kuliah di salah satu universitas di Tokyo. Para pelajar dari Indonesia memang terbiasa melakukan pekerjaan arubaito (part time job) di Jepang. Untuk pekerjaan ini, rata-rata gaji yang didapatkan 800-1000 yen perjamnya.

Sebelum bekerja sebagai peloper koran, Abdullah mengaku bekerja part time job di minimarket. Karena pertimbangan fleksibilitas, akhirnya dia memilih bekerja part time sebagai peloper koran.

Setiap pagi, sekitar jam 4 dia harus meletakkan koran dan selebaran ke loker apartemen/perumahan. Menurutnya, tantangan terbesar pekerjaan ini adalah saat musim dingin.

Suhu pada musim dingin di Jepang berkisar di 0 derajat celcius, seringkali dibarengi dengan turun salju. Dengan mengendarai motor, Abdullah tetap harus menghantarkan koran dari agen tempatnya bekerja ke perumahan penduduk.

Untuk menambah penghasilan, lajang ini juga menjadi guide, terutama bagi turis Indonesia yang melancong ke Jepang. Ditambah penghasilan dari menjadi guide ini dia dapat menabung untuk pergi haji dari Jepang.

Pemuda ini tergabung pada bersama seratusan peserta jamaah haji rombongan Jepang yang berangkat tahun 2015 silam. Meskipun berangkat dari Jepang, hanya 5 orang nihonjin (orang Jepang). Selebihnya rata-rata pelajar dari Indonesia dan beberapa negara berpenduduk muslim lainnya.

Tahun lalu, biaya berangkat haji dari Jepang sebesar 650.000 yen. Tidak seperti Indonesia, Jepang adalah negara sekuler. Agama adalah urusan personal. Pemerintah sama sekali tidak mengatur soal ibadah ataupun perayaan keagamaan.

Untuk pergi haji ini, Abdullah tergabung bersama sebuah travel yang dikelola oleh seorang warga Mesir beristrikan orang Indonesia. Pasangan suami istri ini mengelola perjalanan haji dari Jepang, Korea, dan Hongkong. Berangkat Haji dari Jepang, jarak antara pendaftaran dan keberangkatan hanya dalam hitungan bulan. Kita dapat mendaftar dan berangkat pada tahun yang sama. Kesempatan inilah yang tidak disia siakan oleh para WNI yang sedang bekerja atau belajar di negara ini.

Rombongan Haji dari Jepang, sebagian Besar Masih Muda (dok. pri)

Pergi Haji selagi Muda
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline