Lihat ke Halaman Asli

Pos#4: Memaknai Basmalah dengan Tiga Dimensi

Diperbarui: 25 Februari 2016   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kalam Ulama, Kajian Safinah Najah ke-4"][/caption]Bismillahirrahmanirrahim

Hanya dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, (aku mengaji)

Alhamdulillah, tepat hari Rabu (17/02) siang ini ketika hendak menulis pengajian online Safinah yang keempat, penulis diajak mendadak untuk menemui seorang alim ulama, cendekiawan muda dari tanah kelahiran Syekh Salim penulis Safinah, Hadlramaut. Direktur sebuah pusat penelitian Islam di Tarim, Markaz An-Nur, Al-Habib Zaid bin Yahya, murid Ad-Da’i ilallah Al-Habib Umar bin Hafidz hafidzahumallah fi shihah wa ‘afiah.
Tanpa pikir panjang sambil membawa kitab Safinah dan berpakaian ala kadarnya, kami langsung menuju hotel beliau. Setelah bercengkrama hangat, kami berkesempatan membacakan muqaddimah dan sepenggal fasal-fasal pertama kitab Safinah di hadapan beliau. Dan tepatnya, beliau menerangkan sedikit lebar tentang Basmalah, topik kita sekarang ini. Di akhir, beliau mendoakan kami dan juga memberi ijazah kitab Safinah dari guru-guru beliau hingga sampai pada sang penulis, Syekh Salim bin Sumair nawwarallah dlarihahah. Dengan rasa bahagia dan khidmat, kami menerima ijazah beliau; qabilnal ijazah.

Sekali lagi, alhamdulillahirabbil ‘alamin. Karena berpakaian ala kadarnya, saya enggan sekaligus malu luar biasa untuk minta foto bersama. Eh, ternyata saat ber-talaqqi, kawanku secara diam-diam mengabadikannya dalam sebuah foto, yang cukup unyu ini:

[caption caption="Saat di Hotel Perdana, Kuala Lumpur"]

[/caption]
Semoga Al Habib senantiasa diliputi rahmat dan keberkahan tiada henti, dan pengajian ini bisa istiqamah dan makin meluas kemanfaatannya untuk kita semua. Amin.

Ok, langsung ke topik POS#4: Basmalah dalam Tiga Dimensi!

Memulai dengan Basmalah

Pada tahun keenam Hijriah, terjadi gencatan senjata antara Rasulullah dengan pimpinan Quraish. Momentum ini dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah. Sepuluh tahun ke depan tak boleh ada perang, ini diantara point terpenting perjanjian tersebut. Pada kesempatan inilah, Rasulullah memanfaatkannya untuk menjaring relasi suku-suku sekitar Jazirah Arab dan memperluas bendera Islam ke penjuru dunia. Demi misi mulia ini, Rasulullah menuliskan 43 surat ke segenap pemimpin dan tokoh dunia saat itu, diantaranya ke Raja Al-Muqawqis (Iskandaria-Mesir), Raja Khorsrau II Arbrawaiz (Kisra Persia), Raja Heraklius (Byzantium-Romawi), Uskup Dhughathir (Romawi), Gubernur Al-Mundzir bin Sawa (Bahrain).

[caption caption="Surat Rasulullah untuk Sang Heraklius, Kaisar Romawi "]

[/caption]

Lalu, apa kaitannya dengan topik Basmalah? Kaitannya sangat erat: bahwa semua surat cinta Rasulullah Saw tersebut dimulai dengan Bismillaahirrahmanirrahim. Dari sunnah fi’iliyyah inilah, para ulama menyarankan agar memulai sebuah tulisan dengan Basmalah, meskipun sang penerima tulisan tersebut bukan Muslim; mengikuti teladan Baginda Nabi Muhammad dan juga Nabi Sulaiman 'alaihimas shalawatu wat taslim yang berkirim surat untuk Ratu Balqis (QS. An-Naml: 30).

Tradisi memulai Basmalah ini juga dibangun atas budi mulia yang diajarkan Allah melalui Al-Quran Al-Karim dan kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab, disebutkan dalam sebuah hadits, Basmalah merupakan kunci pembuka seluruh kitab. Misalnya, Kitab suci kita dibuka kali pertama dengan Basmalah, begitu juga seluruh surat, selain At-Taubat, diawali dengan Basmalah. Tidak hanya itu, Rasulullah Saw bahkan menyatakan,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline