Lihat ke Halaman Asli

Cerita Tentang Sebuah Cinta yang Besar

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397643650590918731

Membicarakan PSS Sleman itu tak ubahnya membicarakan cinta. Sudah sedemikian jamak namun tak pernah usang. Meski tak selalu mengenai hal yang menyenangkan, ia selalu menarik dan hangat untuk diperbincangkan. Selalu saja, ada kebanggaan dan semangat yang terbarukan dalam setiap nama para punggawa Elang Jawa yang terucap. Setidaknya, demikian menurut saya....

[caption id="attachment_303532" align="alignnone" width="600" caption="Koreo Seluruh Tribun (Pict. via @ghufronahsan)"][/caption]

Karpet merah musim kompetisi tahun ini telah dibentangkan oleh federasi. Sebagai sebuah penanda era baru sepakbola Indonesia paska konflik, berbagai harapan untuk perubahan kembali diapungkan. Namun sayang, perubahan tidak pernah lepas dari sebuah pengorbanan. Dan PSS Sleman, sebagai juara kompetisi Divisi Utama dibawah kendali PT. LPIS tahun 2013, harus rela menjadi martir demi kepentingan sepakbola Indonesia dengan kembali memulai tahun 2014 dari kompetisi kasta kedua. Tapi sudahlah, usah marah ataupun menyerapah. Cukup tanamkan dalam diri bahwa dalam kompetisi tak akan pernah ada supremasi tanpa dedikasi.  Dan ini adalah saatnya memberi bukti....

[caption id="attachment_303542" align="alignnone" width="1010" caption="Jayalah PSS (Pict. via @ELJA_Kaskus)"]

1397645564635084834

[/caption]

Selasa, tepat di tengah bulan April, kembali PSS Sleman memulai kembali perjalanan panjang mereka menuju mimpi mereka untuk pulang ke rumah mereka di kasta elit, Indonesia Super League. Tidak akan mudah memang, namun kalah bukanlah mentalitas yang tertanam dalam diri kami. Segenap manajemen dan punggawa Elang Jawa telah berbenah. Pun demikian dengan Sleman Fans. Meski sempat dipermainkan dengan kabar burung mengenai akan dilangsungkannya Upacara Pembukaan Divisi Utama di Stadion Maguwoharjo, hal itu tidak lantas membuat publik Sleman tidak linglung dan limbung. Tidak ada yang berubah, seluruh elemen tetap siap dan antusias untuk menuntaskan laga pertama di kandang dengan sebuah raihan kemenangan. Ya, seperti sudah disinggung, menyerah kalah itu tidak mengalir dalam darah kami....

[caption id="attachment_303533" align="alignnone" width="640" caption="Semangat Kami Di Kakimu!"]

13976437371937675315

[/caption]

Meski tanpa diawali dengan peluncuran tim, aroma kerinduan akan PSS Sleman itu sudah terasa. Satu hari menjelang, geliat antusasme mulai terlihat melalui pemasangan banner dan spanduk dukungan hingga advertisement boards yang hadir sebagai sebuah tanda cinta yang manifes dari suporter kepada klub. Barisan –bukan satu, tetapi puluhan- papan yang berdiri di tepi lapangan itu hadir bukan untuk sekedar narsis tanpa arti, melainkan sebuah kontribusi nyata dalam bentuk sponsorship yang dikumpulkan dari setiap rupiah yang diusahakan oleh para Sleman Fans. Dan seiring rampungnya pekerjaan awal mereka di stadion dan sembari menanti hari besar itu datang, kerinduan yang menggelisahkan itu terus saja secara jelas terekam melalui linimasa berbagai media sosial di bumi Sleman ini. Sungguh, satu potret indah dari pengejawantahan akan sebuah rasa cinta yang agung untuk kesebelasan lokal.....

[caption id="attachment_303534" align="alignnone" width="640" caption="Falcao, Sang Elang Jawa"]

13976437831269421884

[/caption]

Hari besar itu tiba juga. Lewat tengah hari, dedikasi itu kembali tergurat jelas melalui penuturan seorang sahabat. Di tengah padatnya aktivitas tengah pekan, sebagian Sleman Fans konon meluangkan waktunya untuk membuat ratusan bendera mini dengan pola warna hijau dan putih untuk menyemarakkan laga melawan Persenga Nganjuk malam itu. Sementara itu, di bawah terik sinar matahari, sebagian Sleman Fans lainnya  ternyata justru telah memulai perjuangannya lebih awal di stadion. Mereka harus bermandi peluh di atas tribun untuk menyelesaikan sketsa koreografi untuk laga pembuka. Sungguh tidak mudah. Terlebih karakter tribun Stadion Maguwoharjo yang belum menggunakan sistemsingle seat di keempat sisinya tentu memaksa mereka untuk bekerja lebih keras dalam menciptakan pola yang ingin dibentuk. Pertimbangan yang matang dan kecermatan menjadi sebuah harga mati agar segala proses tersebut tidak berakhir percuma. Namun lagi-lagi, mereka selalu menolak tunduk pada segala keterbatasan ini. Dan mungkin inilah sebentuk keutuhan dari sebuah dedikasi dan loyalitas pada kesebelasan lokal yang selalu mereka cintai dan banggakan, PSS Sleman....

[caption id="attachment_303536" align="alignnone" width="640" caption="Free Kick"]

1397644092271290024

[/caption]

Senja menjemput bumi Sleman. Ribuan Sleman Fans telah membanjiri halaman Stadion Maguwoharjo, tempat laga PSS Sleman vs Persenga Nganjuk dihelat.  Corak warna hijau, putih dan hitam benar-benar memanjakan mata ini. Dan seiring kaki melangkah ke selasar di bawah tribun, sambutan dari para perempuan hebat yang juga merupakan bagian dari komunitas Sleman Fans,  memaksa kaki ini untuk berhenti sejenak. Ya, mereka disana juga berjuang untuk PSS Sleman dengan kotak donasi koreografi dan kreativitas yang mereka edarkan. Sepintas sederhana, tapi yakinlah bahwa tidak semua orang memiliki mentalitas yang tangguh untuk hal itu. Terkadang sambutan dan senyuman mereka berbalas pundi-pundi rupiah yang diberikan secara sukarela, namun tak jarang pula mereka diabaikan layaknya angin lalu oleh orang-orang yang melintas. Tapi, itulah mereka. Tak mengenal lelah dan menyerah, demi PSS Sleman...

[caption id="attachment_303541" align="alignnone" width="415" caption="The Giant From Holland"]

13976445371132881508

[/caption]

Sementara di atas tribun, ada sedikit keterkejutan saat melihat terdapat tali rafia yang menjulur memanjang yang biasanya digunakan sebagai pola koreografi. Ya, sebuah kejutan mengingat ini adalah tribun timur, bukannya tribun selatan atau utara yang merupakan basis konsentrasi suporter PSS Sleman. Selama ini, tribun timur bersama tribun barat  lebih dikenal sebagai tribun keluarga, dimana mereka yang memegang tiket tribun tersebut mayoritas berasal dari kalangan penonton umum dengan latar belakang sosial dan juga umur yang jauh lebih beragam. Tribun lebih terbiasa duduk manis menjadi penikmat dari segala bentuk atraksi dan juga kreasi dari Slemania di kurva utara ataupun Brigata Curva Sud di kurva selatan. Walaupun hanya sebentar, kalangan ini tentulah juga tidak terbiasa untuk berdiri dan bernyanyi ala suporter. Namun, perlahan keraguan itu mulai terkikis. Proses distribusi kertas koreo dan pengaturan pola duduk penonton yang awalnya saya pikir mustahil ternyata sukses dilakukan. Berkat komunikasi yang relatif persuasif, seluruh orang yang hadir di stadion tampak tidak keberatan untuk mengikuti arahan dari teman-teman suporter yang bertindak sebagai koordinator lapangan. Perlahan keempat sisi tribun mulai tampak dipenuhi dengan penonton dengan masing-masing telah memegang kertas dengan warna berbeda sesuai lokasi mereka duduk. Entah kenapa, pesimisme yang awalnya hadir mulai memudar dan berubah menjadi rasa tidak sabar untuk melihat sebuah pertunjukan koreografi megah nan kolosal dari Sleman Fans.

[caption id="attachment_303537" align="alignnone" width="640" caption="Suara Ini Lantang Untukmu!"]

13976442601830285087

[/caption]

Menjelang pemain memasuki lapangan dan bersamaan dengan diperdengarkannya FIFA Anthem di lapangan, sontak ratusan rol kertas pun menjulur dari keempat sisi tribun Stadion Maguwoharjo. Layaknya semangat yang meluap, rol kertas ini terus menghujani lapangan selama kurang lebih lima menit. Sebagian tepi lapangan pun berubah menjadi putih layaknya salju. Saat para pemain dan perangkat pertandingan telah berdiri di tengah lapangan, seluruh yang hadir di stadion berdiri –bahkan termasuk tribun barat yang merupakan kelas VIP dan VVIP- dan secara sukarela membentangkan kertas koreo di atas kepala mereka. Tidak peduli mereka yang masih balita hingga yang sudah memiliki cucu, semua ikut andil dalam aksi ini. Dengan kombinasi warna utama hijau-putih-kuning, puluhan ribu penonton di Stadion Maguwoharjo sejenak lenyap dari tatapan dan berganti pola garis tiga warna dengan tulisan “Jayalah PSS” dengan siluet trofi juara di kurva selatan, sementara bendera raksasa PSS Sleman terbentang gagah dikelilingi ratusan bendera mini di kurva utara. Sungguh, baru saja tersaji suatu perhelatan yang masif dan kolosal disini. Sebuah keyakinan dan usaha dari Sleman Fans yang mampu menihilkan hambatan dari sesuatu yang awalnya tampak mustahil ...

[caption id="attachment_303538" align="alignnone" width="600" caption="Dukungan Dari Selatan"]

13976443801167016118

[/caption]

Perlahan namun pasti, chant legendaris “Asal Kau Menang Kubahagia” yang digubah dari lagu Seuries mulai menggetarkan seisi stadion. Ya, bukan hanya tribun selatan yang melantunkan chant ini, melainkan seluruh sisi tribun. Sungguh, aura magis dari Stadion Maguwoharjo benar-benar terpancar melalui aksi kolosal tersebut. Dengan beberapa gerakan yang membuat pola koreografi tampak timbul tenggelam, semakin menguatkan sebuah intimidasi Sleman Fans kepada lawan dalam koridor yang positif. Menjadi istimewa karena Sleman Fans juga mampu menahan egonya dengan tidak menyalakan flare, strobo, ataupun smoke bomb di awal dan hampir sepanjang berjalannya laga. Dan hal tersebut sama sekali tidak mengurangi gemerlapnya koreografi Sleman Fans malam itu. Tidak kurang sekitar sepuluh menit koreografi tersebut melarutkan penonton dalam atmosfer berkelas dunia di Stadion Maguwoharjo. Dan semua itu menjadi sebuah pertunjukan apik dari  sinergi antara seluruh elemen pendukung PSS Sleman, mulai dari Brigata Curva Sud, Slemania, dan seluruh penonton umum yang malam itu turut hadir. Meski kreativitas mereka seolah sedang dikebiri oleh federasi dan meski tanpa adanya kemewahan dalam sorot kamera televisi nasional maupun media cetak nasional, Sleman Fans tetaplah Sleman Fans. Setiap aksi fenomenal yang mereka hadirkan pada hakikatnya akan terus berakar dan bermuara pada PSS Sleman dan bukan bersumber dari rasa lapar akan publisitas di media arus utama. Ya, karena sesungguhnya justru  PSS Sleman-lah yang ingin Sleman Fans bawa agar mampu menjadi bintang dengan sinar terangnya di atas lapangan yang akan menyilaukan media arus utama. Entah untuk keberapa kalinya, inilah penanda akan sebuah kisah cinta yang besar....

[caption id="attachment_303539" align="alignnone" width="640" caption="Semangat Ini Terus Menyala!"]

1397644429266785069

[/caption]

Seolah ingin menjawab rasa cinta itu, para punggawa PSS Sleman yang turun bermain pada malam itu pun seolah tak ingin berhenti berlari. Ali Barkah, Kristian Adelmund, Anang Hadi hingga Monieaga, mereka membalas energi itu dengan sebuah kemenangan manis di awal perjalanan panjang. Ya, menghentikan perlawanan Persenga Nganjuk dengan kedudukan 3-1 tentu menjadi sebuah indikasi yang baik bagi masa depan Elang Jawa ini. Di penghujung laga, saat additional time tinggal menyisakan kurang dari satu menit, langit di atas Stadion Maguwoharjo pun kembali memerah. Sedikit terlalu cepat memang untuk momentum penyalaan cerawatnya, namun toh tidak ada gangguan yang berarti hingga wasit meniup peluit akhirnya. Meskipun demikian, tetap ini menjadi suatu catatan untuk diperbaiki kedepannya. Hingga akhirnya, PSS Sleman keluar sebagai pemenang malam itu. Dan menjadi kehormatan tak terkira tentunya saat pemain melakukan overlap keliling lapangan sembari menjawab tanda cinta dari Sleman Fans...

[caption id="attachment_303540" align="alignnone" width="640" caption="Terima Kasih Sleman Fans!"]

1397644486375610685

[/caption]

Ya, purna sudah tugas di laga malam itu. Dan entah kenapa, tetiba saya teringat tentang empat tingkatan cinta dalam filosofi Yunani, yaitu Eros, Sexos, Philia hingga Agape sebagai puncak tertingginya. Tanpa bermaksud mengklaim mengenai seberapa besar cinta dari Sleman Fans pada tim kebanggannya, telah tampak tersirat betapa cinta yang dihadirkan itu tak lagi menghiraukan diri sendiri tetapi pada yang dicintai. Bukan lagi mengenai apa yang akan diperoleh,  namun apa yang mampu dipersembahkan kepada sang pemilik hati, PSS Sleman Super Elang Jawa...

NB: Foto ilustrasi pertama dan kedua secara berturutan dipinjam dari akun mikroblog @ghufronahsan dan @ELJA_Kaskus. Sementara untuk foto ilustrasi lainya diambil dari dokumentasi pribadi.

Yogyakarta, 16 April 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline