Semenjak kembali menjejakkan kaki di tanah Sleman paska pertandingan tandang ke Kabupaten Ngawi, dinamika yang terjadi di dalam tubuh kesebelasan PSS Sleman bergulir sedemikian cepat. Meski harus beteman dengan sunyi dan kepahitan sebagai akibat kegagalan meraih poin tambahan, sang perubahan ternyata sedang menanti sebuah momentum untuk menjawab segala kerinduan tentang kemenangan.
[caption id="attachment_307018" align="alignnone" width="640" caption="We Shall Not Be Moved!"][/caption]
Sempat berada pada masa kritis dan terjerembab ke dasar klasemen sementara Divisi Utama Liga Indonesia 2014, denyut nadi dari sang Elang Jawa tampak terus saja melemah. Kekalahan di Ngawi sama sekali bukanlah sesuatu yang mudah diterima, mengingat dua partai sebelumnya juga berakhir anti klimaks bagi PSS Sleman. Sang calon juara itu seolah hilang digdaya di medan laga. Namun apa mau dikata, apa yang harus terjadi, terjadilah. Kekalutan jelas tampak dalam tutur kata hingga bahasa tubuh mereka yang memang sedari awal menaruh hati dan pengharapan pada sang Elang Jawa. Segala macam ekspresi yang tampak - kecewa, sedih, marah, hingga berusaha tetap tegar- tak lebih dari sebentuk pengejawantahan akan rasa cinta yang besar pada tim kesayangan, PSS Sleman Super Elang Jawa. Namun, saat kekhawatiran itu belum beranjak, sebuah kabar kembali menghentak. Sartono Anwar, pelatih kawakan yang telah menangani tim selama lebih kurang lima bulan akhirnya meletakkan jabatan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas hilangnya naluri tim Elang Jawa di atas lapangan selama dalam bimbingannya.
Dan entah mengapa, ternyata tak sedikit pula yang sebenarnya kebingungan mengenai bagaimana seharusnya menyikapi kabar ini. Dengan mengacu pada beberapa pertandingan terakhir, pengunduran ini tentu akan memberi kans bagi PSS Sleman untuk menemukan kembali identitas dirinya di tangan nahkoda tim yang baru. Namun, ketika memperhatikan jadwal yang harus dihadapi, tim ini ternyata hanya punya waktu dua hari sebelum menjamu tamunya dari Kota Blitar, PSBK. Sungguh dua pilihan yang dilematis. Namun, sekali lagi , apa yang harus terjadi, terjadilah....
[caption id="attachment_307019" align="alignnone" width="600" caption="Kepadamu Kami Berharap"]
[/caption]
Dan Rabu petang, sebagian besar wilayah Sleman tampak digelayuti awan mendung. Benar saja, di awal bulan kemarau ini, hujan justru kembali membasahi bumi. Dan sejujurnya, fenomena alam ini seolah seperti sedang mengintimidasi akan jalannya laga malam ini. Asal tahu saja, dengan denyut nadi Elang Jawa yang masih tampak lemah meski mulai tampak berkembang ke arah yang positif, kesebelasan PSBK Kota Blitar bukanlah lawan yang dapat diremehkan. Beberapa waktu yang lalu, PSIM Yogyakarta yang pernah sukses menahan imbang PSS Sleman di Std. Maguwoharjo justru harus takluk di rumah sendiri dari Laskar Peta. Kondisi menjadi semakin rumit saat tersiar kabar bahwa setelah Ade Christian dipastikan absen karena mengalami retak tulang tangan, palang pintu andalan asal Belanda, Kristian Adelmund ternyata juga tidak dapat tampil karena sakit yang dideritanya. Namun, apapun itu, kepada PSS Sleman, harapan itu tetap digantungkan....
Saat laga sudah menjelang, hujan masih saja tipis mengguyur. Dan malam itu, Std. Maguwoharjo memang terlihat sedikit lengang. Mungkin karena hujan. Namun tak perlu risau, bukan mengenai kuantitas kita seharusnya berbicara, melainkan mengenai kualitas. Berapapun jumlah kita, selama semua dukungan itu dialirkan dari dan sepenuh hati, tentu itu akan jauh lebih berarti.
[caption id="attachment_307020" align="alignnone" width="640" caption="Terima Kasih Telah Bermain Sepenuh Hati Untuk Kami"]
[/caption]
Sementara itu, di tengah lapangan sana dan dengan mengusung pola 4-4-2, para punggawa itu tampak tidak kehilangan pengharapannya. Langkah kaki mereka tampak tegas dan pancaran wajah mereka begitu haus kemenangan. Sedikit perubahan dengan masuknya Marwan Muhammad di lini pertahanan, Mudah Yulianto di sisi sayap, serta Saktiawan Sinaga di lini depan, penampilan tim Elang Jawa tampak lebih segar di malam itu. Dan benar saja, begitu peluit sepakmula dibunyikan, letupan semangat itu langsung terlihat. Penuh dengan determinasi, umpan dari kaki ke kaki terus bergulir dengan cepat dan taktis. Sayap Elang Jawa yang selama ini tampak layu kembali mengembang melalui kecepatan yang diperagakan Mudah Yulianto dan Ridwan Awaludin. Secara bergantian, duo pemain berbakat yang masih belia usia tersebut terus saja melakukan tusukan-tusukan tajam dari kedua sisi lapangan. Sementara para pemain depan berusaha untuk membuka ruang dan celah, dukungan dari pemain sektor tengah juga mampu menghadirkan tambahan tekanan bagi pertahanan lawan. Sementara itu, di garis pertahanan, meski tampak sedikit canggung, penampilan Waluyo dkk. dapat dikatakan cukup lumayan di malam itu.
Terus bermain agresif, semangat itu pun akhirnya berbuah manis. Gol demi gol dilesakkan. Diawali dengan tandukan Ridwan Awaludin, PSS Sleman membangkitkan kembali mimpinya yang sempat terhempas. Diikuti dengan tandukan dan sontekan Monieaga Bagus, serta eksekusi penalti Saktiawan Sinaga, PSS Sleman sukses menekuk tamunya dengan kedudukan 4-1. Perlahan, denyut nadi sang Elang Jawa kembali menguat. Semangat dan pengharapan itu kembali bersinar dengan terang. Ya, sesuatu yang hilang itu perlahan telah kembali ditemukan. Tepat di sana, di atas lapangan Std. Maguwoharjo pada Rabu malam itu.....
[caption id="attachment_307021" align="alignnone" width="640" caption="Welcome Home, Eagles!"]
[/caption]
Dan seperti sebuah ungkapan cinta yang berbalas, apa yang diperagakan PSS Sleman saat melawan PSBK Kota Blitar sungguh mampu menghadirkan rasa bangga dan juga bahagia. Dengan sepenuh hati, anak-anak Sleman itu mampu terus berlari sepanjang laga untuk terus mengejar dan menguasai bola demi mejaringkan bola di gawang lawan demi menepis segala keraguan dan juga kekhawatiran yang selama ini menghantui. Dengan nafas yang lebih kuat dari biasanya, dengan langkah kaki yang lebih cepat dari biasanya, dengan kekuatan yang lebih besar dari biasanya, dan dengan semangat yang lebih meluap dari biasanya, para punggawa PSS Sleman akhirnya mampu mereguk kembali manisnya kemenangan di rumahnya sendiri. Malam itu, mereka kembali menemukan jatidiri dan jiwa dalam setiap langkah kaki mereka. Setelah sempat menghilang, mereka kembali menemukan kebahagiaan saat bermain sepakbola. Kalau boleh meminjam kata-kata Tsubasa Ozora, hmalam itu mereka sungguh-sungguh berteman dengan bola. Mungkin terdengar berlebihan pula, namun sayap-sayap Elang imajiner itu seolah juga kembali tumbuh dan mengembang dengan gagahnya di pundak selagi mereka sedang berlaga. Ya, setelah sekian lama, akhirnya naluri Sang Elang Jawa itu kembali. Selamat datang kembali di rumahmu, wahai engkau Super Elang Jawa.....
Hari ini, kalian para punggawa Elang Jawa telah menunaikan tugas dengan baik. Semoga kedepan, semuanya akan terus dan terus semakin membaik. Karena ini adalah awal yang baru dari sebuah perjalanan panjang. Sungguh, sebuah pertunjukkan yang hebat di malam ini. Dan dengan rapi serta manis, kalian telah membungkus sebuah kado indah bagi ulang tahun Kabupaten Sleman yang akan jatuh pada 15 Mei ini. Dan di laga berikutnya pada hari Minggu nanti, akan tiba saatnya bagi kalian untuk mempersiapkan sendiri kado bagi ulang tahun PSS Sleman yang jatuh pada tanggal 20 Mei. Ya, tentunya dengan sebuah kemenangan yang absolut lagi...
Sekali lagi, terima kasih para punggawa PSS Sleman karena telah bermain dengan sepenuh hati untuk kami. Welcome Home, Javanese Eagles....!!!!
Sleman, 14 Mei 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H