Artikel sebelumnya, menjadikan masalah sebagai teman yang menguntungkan masih terkesan membingungkan. Menjadikan masalah sebagai teman sedikit menyulitkan tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Hal yang perlu kita perhatikan ialah sikap kita terhadap masalah. Di mana masalah baiknya kita pandang sebagai peluang untuk berkembang maka masalah seakan-akan mengajak diri untuk belajar.
Belajar adalah sebuah kata kerja yang berarti bergerak atau berpindah dari tidak tahu menuju tahu. Belajar sendiri memiliki tiga sikap dasar yaitu terbuka, kosong, dan lebih rendah. Belajar dapat kita ibaratkan sebagai sebuah gelas. Mungkin berapa dari kita sudah mengetahuinya. Terbuka berarti membuka diri agar sesuatu dapat masuk seperti gelas yang terbuka agar air dapat masuk. Terbuka berakar dari rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu dapat membuat kita untuk mencari tahu penyebab, solusi, hingga pencegahan masalah. Albert einstein pernah mengatakan dia bukanlah orang yang memiliki bakat khusus namun dia adalah orang yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Ada hal yang tersirat dari kata- kata tersebut ialah asha ingin tahu yang disertakan usaha.
Selanjutnya, gelas kosong yang berarti kita mengosongkan diri dari pikiran atau persepsi kita sebelumnya untuk menerima pengetahuan baru. Jika gelas yang terbuka itu penuh maka air tidak akan tertampung di dalamnya. Begitu juga dengan diri kita jika kita masih berpegang teguh pada pemikiran kita maka pengetahuan tidak dapat kita ketahui. Dengan kita mengosongkan diri maka kita dapat menerima pengetahuan baru untuk menghadapi setiap persoalan di dalam hidup kita.
Sikap terakhir ialah gelas yang lebih rendah dari botol untuk mengisinya. Sebab jika ingin mengisi gelas maka gelas hendaknya lebih rendah. Sikap rendah hati membantu kita untuk menampung pengetahuan yang kita dapatkan. Syarat penting untuk berkembang adalah kita perlu menyadari masih banyak hal yang perlu diperbaiki.
Setiap sikap ini memerlukan kesabaran dan ketekunan. Kita mesti mengetahui persoalan-persoalan yang kita hadapi. Ada masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat seperti beberapa hari, mungkin berminggu-minggu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun; sebab ada masalah yang dapat selesai seiring berjalannya waktu, ada pula masalah yang dapat selesai dengan bertanya, ada pula masalah yang dapat selesai dengan berefleksi. Ketika kita mampu menjadikan masalah sebagai pelajaran untuk mengembangkan diri maka diri kita telah sampai ke level yang lebih baik dari diri sebelumnya. Dengan demikian masalah bukan lagi sebuah masalah tetapi sebagai peluang untuk berkembang menuju diri yang lebih baik. Sebagai orang beriman kita juga perlu menyerahkan semua pada Tuhan supaya Tuhan sendiri yang menyempurnakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H