Lihat ke Halaman Asli

Pemilu dengan Sistem Proporsional Tertutup, Ini Bahaya Besar untuk Generasi Muda

Diperbarui: 19 Januari 2023   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya tergelitik untuk mengupas wacana ini, sebagai sebuah bentuk kepedulian saya terhadap pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Sebagai anak muda yang hari-hari mengikuti perkembangan negaranya. Juga Isu-isu hangat yang tentu menjadi konsumsi guna untuk disaring dan difilter lalu memberikan respon balik terhadap fenomena tersebut.

Kita tinggal menunggu setahun lagi, pergantian masa jabatan presiden akan segera berakhir. Sebagai anak muda,tentu ini adalah sebuah hal baik dari berhasilnya sitem demokrasi yang terbuka yang dijalankan sejak tahun 2004.

Merupakan sebuah prestasi yang sedikit baik, akan kualitas demokrasi kita di Indonesia akhir-akhir ini. Tentu tidak sampai di situ, pertanyaan besar yang patut dijadikan sebagai gugatan adalah. Sudahkah  demokrasi itu dianggap sebagai prestasi ketika berakhirnya masa jabatan presiden ?

Wacana Sitem Proporsional Tertutup

Wacana pemilu dengan Sistem Proporsional Tertutup, tentu tidak asing lagi ditelinga publik. Persis di masa Orde Baru 1966-1998. Terpilihnya Soeharto sebagai Presiden ke-2 Indonesia. Merupakan buah dari Sistem Proporsional Tertutup. Hampir selama 32 tahun lamanya pemerintahan ini berkuasa.

Wacana ini pun kembali didengungkan, yang merasa tidak senang dengan partai atau yang eks dari sebuah partai pun ikut mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.

Begitupun partai penguasa yang ikut memberikan dukungan dan menyetujui Sistem Proporsional Tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa demokrasi kita makin menjauh kualitasnya pada apa yang kita harapkan bersama.

Menentukan para calon berdasarkan kewenangan partai dan bukan hasil dari mandat rakyat. Bagaimana mungkin sistem pemilu itu diubah dengan mengabaikan suara rakyat.

Mandat yang seharusnya diberikan kepada rakyat, dan kuasa yang seharusnya memutuskan siapa yang layak menjadi pemimpin yang diberikan sepenuhnya kepada masyarakat, pelan-pelan dihilangkan dengan wacana yang berdampak besar bagi generasi muda.

Bagaimana kualitas demokrasi kita. Ketika rakyat tidak lagi diberikan ruang yang sebebas-bebasnya menentukan pemimpin yang diinginkannya.


Bahaya Besar Bagi Generasi Muda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline