Siang tadi saat sedang asyik makan siang, seperti biasa saya selalu sempatkan untuk sejenak membuka akun sosial media saya melalui laptop. Dan tanpa sengaja, saat sedang scrolling linimasa saya, mata saya terhenti sejenak pada salah satu kicauan teman saya yaitu @sidhancrut. Beginilah bunyi kicauan teman saya tadi siang:
[caption id="attachment_328040" align="aligncenter" width="300" caption="Screenshot Kicauan teman saya (dok.pribadi)"][/caption]
Gambar yang di-twitpic teman saya tadi seperti tidak asing lagi buat saya. Saya yakin sekali itu adalah salah satu petikan halaman dari Buku Siswa Kurikulum 2013. Saya familiar dengan gambar tersebut karena beberapa waktu yang lalu, saya sempat melakukan sedikit observasi kecil terhadap Buku Siswa Kelas 4 Tema 6. Namun, karena baru sedikit mengamatinya, saya tak sempat menemukan hal menarik dari Kurikulum 2013, selain sistem pembelajarannya yang tematik dan setiap mata pelajaran dipelajari secara terintegrasi, terkait satu sama lain.
Memang apa yang membuat twitpic teman saya itu menarik?
Begitu melihat kicauan teman saya saja, spontan saya berkata "Wow...masa sih?". Saya terheran karena di gambar tersebut ada tulisan "Kerja Sama dengan Orang Tua" diikuti dengan tulisan semacam instruksi yang harus dilakukan siswa dimana dalam contoh ini siswa diminta untuk membuat bunga kertas, menjadikannya hiasan di rumah, dan menceritakan hasilnya kepada orang tua.
Dari situ saya kemudian berusaha untuk membaca lebih detil Buku Siswa Kelas IV Tema 6 yang saya miliki dan menemukan beberapa poin "Kerja Sama dengan Orang Tua" di dalam buku tersebut seperti misalnya yang saya ambil berikut ini:
[caption id="attachment_328043" align="aligncenter" width="300" caption="Buku Siswa Kelas IV Tema 6 Hal.31 (dok.pribadi)"]
[/caption]
[caption id="attachment_328044" align="aligncenter" width="300" caption="Buku Siswa Kelas IV Tema 6 Hal.26 (dok.pribadi)"]
[/caption]
Ternyata dari beberapa contoh tersebut kemudian saya mengambil kesimpulan bahwa selain fokus untuk mengembangkan potensi dan kemampuan siswa, Kurikulum 2013 juga memberikan sarana bagi orang tua untuk turut serta dalam proses pembelajaran siswa. Idealnya, ketika setiap pembelajaran memiliki poin "Kerja Sama dengan Orang Tua" dan siswa benar-benar melakukannya, maka orang tua menjadi tahu mengenai apa dan sejauh mana pembelajaran yang anak mereka dapat di sekolah. Disinilah kesempatan emas bagi orang tua di dalam mengontrol perkembangan anak mereka selama di sekolah. Menurut saya dengan adanya kontrol seperti ini, seharusnya tidak ada lagi kejadian dimana orang tua hanya tahu hasil rapor anak di tengah atau akhir semester dan berujung hanya menyalahkan guru jika prestasi belajar anak mereka buruk. Dan idealnya lagi, jika komunikasi orang tua dan anak terbangun dengan baik, maka tak ada lagi kasus narkoba atau bullying yang disebabkan oleh ketidaktahuan orang tua terhadap apa yang terjadi pada anaknya, terutama di sekolah.
Saya jadi kembali terbayang masa SD saya dulu sekitar tahun 1993 s.d 1999 di kota kelahiran saya Purwokerto. Di kurikulum yang saya dapat di masa SD dulu, peran orang tua masih sangatlah kurang. Dalam proses pembelajaran, orang tua hanya dilibatkan ketika siswa, saya salah satunya, harus meminta tanda tangan pada kertas hasil ulangan, untuk selanjutnya mengembalikan kertas ulangan tersebut kepada guru. Jadi orang tua saya akan mengetahui setiap nilai yang saya dapat untuk setiap mata pelajaran saya. Dalam kurikulum yang saya dapat, orang tua tidak dilibatkan pada proses belajar mengajar si anak, tapi hanya sebatas mengetahui nilai-nilai anak. Inilah perbedaannya dengan Kurikulum 2013.
Setiap hal pasti ada kendalanya, tak terkecuali dengan poin "Kerja Sama dengan Orang Tua) pada Kurikulum 2013 ini. Menurut pendapat saya, keterbatasan waktu dari orang tua untuk mendampingi anak belajar di rumah menjadi kendala terbesar dari pelaksanaan poin tersebut. Apalagi jika kedua orang tua sibuk bekerja hingga larut malam sementara anak hanya dititipkan kepada pengasuh.