Hari itu pesta syukuran jadi digelar. Para tetangga sliwar-sliwer membantu persiapan penyelenggaraan malam syukuran. Pak Agus, Bunda, dan Irma sibuk membagi-bagi tugas kepada tetangga-tetangga agar acara berjalan dengan baik. Tak ada undangan khusus, semua berjalan sesuai dengan kebiasaan desa setempat.
Dan warga dijamin antusias menghadiri acara syukuran tersebut. Pak Rebo dan Mbok Tukinah ditunjuk sebagai penanggung jawab pelaksanaan di lapangan. "Ingat, nggih Pak Rebo lan Mbok Tukinah sampun ngantos ngisin-ngisini. Menikah acara kita bersama, ben regeng ben gayeng, ben guyub wargane. Iki ora mesti setaun pisan ana. Dados, monggo kita sesarengan nyengkuyung acara munika!" pesan Pak Agus.
"Nggih, Pak sadaya warga pun siap ngregengaken syukuran Mbak Irma. Mugi Gusti ingkang mbales kesaenan lan katulusannipun keluarga Pak Agus" jawab Pak Rebo. "Yo matur nuwun kanggo kabeh wae" ujar Bunda. "Mbonten usah kemrungsung Pade, Bude yen kesel yo leren-leren disik, tinggal dahar po wedangan ning dapur!" pinta Irma.
"Lha, sae meniko Mbak Ir, matur nuwun lho pun diengetke. Pancen Mbak Irma kuwi gemati karo wargane. Pun wangon Mbak, sesuk nyagub nggih. Aja kasupen Mbak!" celoteh Mbok Tukinah. Keluarga pun tersipu-sipu mendengar ucapan Mbok Tukinah.
Kemudian mereka pun pamit untuk segera beraktivitas melaksanakan tahapan demi tahapan demi terselenggaranya acara syukuran tersebut. Pak Rebo memberi isyarat sebagian warga agar bersiap-siap memasang tenda. Ada tenda untuk tamu dan tenda untuk konsumsi. Demikian juga, perlengkapan kursi dan meja. Tidak lupa tikar dan karpet untuk lesehan anak-anak.
Semua dihitung agar benar-benar memenuhi kedatangan warga beserta tamu undangan. Tak berapa lama kemudian, kursi dan meja sudah tertata rapi. Ruangan sudah siap untuk pesta. Ada seorang anak kecil sengaja mendekati Pak Rebo. Dialah Adnan cucu Mbah Kakung yang selalu ikut nimbrung kalau ada kesibukan warga.
"Pade mau tanya boleh nggak?" celetuknya. "Apa Le?" jawabnya. "Nanti ada ice creamnya mboten Pade, yen mboten wonten Adnan nggak mau ikut ach" celotehnya. "Yo jelas ana, Le. Ana ora usah khawatir pasti ada" tuturnya mantap. "Iya makasih Pade. Adnan minta dua ya, boleh to Pade?" tanyanya. "Wah nek iku Pade ora ngerti Le. Takonno Mbah Tukinah wae, yo Le!" sahutnya.
Kemudian Adnan bergegas mencari Mbok Tukinah. Lama ia menunggu di depan rumah Irma. Ia celingak-celinguk mencari sosok bernama Mbok Tukinah. Namun, ia tak berhasil menemukannya. Ketika ia menemui butiran batu-batu kerikil di depannya disepaknya batu kerikil tersebut. "Uhhh! Dasar sial ...!" teriaknya marah.
Sementara itu, Mbok Tukinah sibuk menyiapkan makanan ringan di dapur. Ia dibantu ibu-ibu yang lain mengatur makanan-makanan yang bertubi-tubi datang. Mereka memilah-milah makanan dan memasukkannya ke dalam kotak kardus. Sembari menata Mbok Tukinah menghitung memastikan makanan agar sesuai dengan perhitungan. Ia bekerja dengan gesit. Para ibu terlihat super sibuk.
"Kita cukup ngurusin snack saja ibu-ibu. Untuk urusan makanan berat sudah ada catering koq. Kita tinggal duduk manis. Sudah ada timnya sendiri" ujarnya. "Berarti kita nyiapin makanan siang hari ini saja, ya Bu. Buat makan ibu-ibu" celetuk salah satu ibu.
"Oh iya, nggih Bu. Sampai lupa nawarin dahar. Silakan saja ibu-ibu yang sudah lapar boleh ambil makan duluan. Ora usah isin-isin, Bu!" jawab Mbok Tukinah. Sebagian ibu-ibu lalu menyiapkan makan siang dan minuman.