Lihat ke Halaman Asli

Utang Tidak di “Lindung Nilai” = Saya BerTaruh

Diperbarui: 31 Agustus 2015   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Untuk kesederhanaan, dalam tulisan ini, yang dimaksud dengan Valuta Asing adalah USD. Yang dimaksud Lindung Nilai adalah lindung terhadap risiko mata uang Rupiah jatuh terhadap USD.

Bank Indonesia (BI) menyarankan semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan lindung nilai atau hedging, saat melakukan pinjaman atau utang dalam dollar. Sebab risiko rugi besar bisa terjadi apabila BUMN tak lakukan Lindung Nilai.

Kerugian Valas PLN sebagai contoh

Pada 10 April 2015 PT Perusahaan Listrik Negara (persero) mengaku harus melalukan Lindung Nilai . PLN membutuhkan banyak pinjaman dalam bentuk valuta asing guna mengembangkan infrastruktur listrik.

Berita berikut menimbulkan tanda tanya: seberapa besar PLN merugi karena tidak melakukan Nilai Lindung?
1. Berita pertama: PLN rugi Rp10,5 triliun semester pertama 2015, 29/07/15
2. Berita kedua: Utang Valas PLN tembus USD 20 miliar, 10/04/2015.
Mari kita coba menghitung berapa kerugian PLN , karena tidak melakukan Nilai Lindung untuk kurun waktu 1 Januari 2015 s/d 10 April 2015.
• Kurs pada 10 April 2015 : 1 USD = Rp Rp 12.410, sedangkan ada 1 Januari 2015 1 USD = Rp 12.910, selish kurs sebesar Rp 500/ 1 USD.
• Andaikan Rata-rata Utang PLN adalah USD 20 miliar maka kerugian PLN untuk periode 1 Januari 2015 s/d 10 April 2015 adalah sebesar 20 miliar x Rp 500= Rp 10 triliun.

Mungkinkah PLN rugi Rp10,5 triliun semester pertama , sebagian besar karena tidak melakukan Lindung Nilai?
PLN pernah merugi akibat selisih kurs. Pada tahun 2012 PLN meraup untung sebesar Rp 3,2 triliun. Akan tetapi, pada tahun 2013 PLN mengalami kerugian sebesar Rp 29,5 triliun akibat selisih kurs.

Mengalami, mengapa PLN dan BUMN lainnya tidak belajar dari tahun-tahun sebelumnya?

PLN dan BUMN lainnya juga tahu bahwa di tahun 2013 terjadi kenaikan utang luar sebesar Rp 163 triliun, akibat selisih kurs, merupakan 40% dari peningkatan utang negeri Indonesia .

Yang paling mengerikan dari kerugian akibat selisih kurs(tidak di Lindung Nilai) masih segar dalam ingatan kita, yaitu pada waktu Krisis Ekonomi 1998. Seberapa besar peran selisih kurs dalam mengakibatkan Krisis Ekonomi 1998?

Menurut Ketua Task Force Pendalaman Pasar Uang BI, BUMN masih khawatir untuk melakukan hedging karena kemungkinan kerugian yang nantinya dapat dianggap sebagai kerugian negara.

Malah BUMN yang kebutuhan valuta asingnya besar, belum melakukan hedging

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline