Lihat ke Halaman Asli

Roberto Armando

pemerhati politik

Blunder Gerindra Mengutus Vasco untuk Pilgub Sumbar

Diperbarui: 14 Juni 2024   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demokrasi.co.id

Sejak Andre Rosiade menginformasikan kepada publik bahwa Gerindra mengutus Vasco Ruseimy untuk maju pada Pilgub Sumbar, komentar negatif terhadap Vasco dan Gerindra terus muncul di media sosial. Keputusan Gerindra tersebut dinilai blunder.

Pertama, Vasco tidak cukup dikenal oleh masyarakat Sumbar. Ia tidak lahir dan besar di Sumbar, tetapi di Jakarta. Selain itu, ia tidak punya kontribusi untuk Sumbar. Pada Pileg 2024 saja ia gagal mendapatkan kursi DPR RI. Padahal, caleg hanya dipilih di satu dapil, sedangkan calon gubernur dan calon wakil gubernur dipilih oleh masyarakat di dua dapil jika merujuk ke pembagian dapil pileg. 

Kedua, pendukung Andre Rosiade dan kader serta simpatisan Gerindra kecewa terhadap keputusan Gerindra mengutus Vasco untuk Pilgub Sumbar. Mereka sejak dulu ingin Andre yang maju sebagai calon gubernur karena Andre sudah lama digadang-gadang menjadi gubernur. Ternyata Andre tidak maju ke Pilgub Sumbar entah karena ia terpilih lagi jadi anggota DPR pada Pileg 2024, atau karena baginya menjadi gubernur tidak menarik sebab ia sudah terbiasa berada di pusat.

Bisa jadi mereka juga kecewa karena kader yang diutus untuk menggantikan Andre tidak selevel dengan Andre, baik elektabilitas, akseptabilitas, maupun popularitasnya. Dengan kata lain, mengutus Vasco ke Pilgub Sumbar hanyalah berkontestasi untuk kalah sehingga prediksi itu melemahkan semangat mereka untuk berjuang.

Ketiga, ada pendapat yang mengatakan bahwa Vasco akan mendapatkan banyak suara di Sumbar karena suara Andre Rosiade akan pindah ke Vasco sebab mereka berasal dari partai yang sama. Pendapat tersebut mudah dibantah karena suara masyarakat bukanlah air yang bisa dituangkan dengan mudah dari satu cangkir ke cangkir lain. Dalam memilih seseorang, masyarakat melihat ketokohan seseorang, bukan melihat partai. Hal itu dibuktikan dengan beragamnya partai para kepala daerah di Sumbar. Selain itu, masyarakat memilih Andre karena punya hubungan emosional dengan Andre sebab selama ini Andre mewakili suara mereka. Sementara itu, mereka tidak memiliki hubungan emosional dengan Vasco. Maka, menganggap suara masyarakat pemilih Andre pindah ke Vasco merupakan sebuah penghinaan terhadap akal sehat pemilih tersebut.

Keempat, slengean. Vasco merupakan sosok yang slengean. Kepala daerah, apalagi kepala daerah yang akan memimpin Sumbar, provinsi yang masyarakatnya religius dan beradat, tidak seharusnya slengean. Di Padang muncul baliho Vasco sebagai bakal calon gubernur dengan foto miring, tidak tegak lurus. Entah pesan apa yang hendak disampaikan dengan desain baliho seperti itu. Yang jelas, desain baliho itu menguatkan citra slengean Vasco. Soal berusia muda, Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy, juga muda, tetapi ia tidak slengean, bahkan terlihat berwibawa.

Mumpung Gerindra belum mendaftarkan Vasco ke KPU, sebaiknya Gerindra menarik kembali Vasco ke Jakarta. Pada saat yang bersamaan, Gerindra sebaiknya mengutus kadernya yang sudah punya massa di Sumbar, seperti Ade Rezki Pratama, anggota DPR dari dari dapil II Sumbar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline