Lihat ke Halaman Asli

Coretan Galau Dinda, untuk Linda

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara pintu yang dibanting keras, spontan saja membuat kaget seisi penghuni kosan Puteri, yang terletak tidak jauh dari salah satu Kampus Elite, dikawasan Ibukota. Linda yang biasanya super cuek dengan keadaan disekitarnya, kali ini langsung berlari menyusuri anak tangga, naik kelantai dua tempat asal suara pintu yang dibanting itu, terdengar.

“ rupanya, dia lagi “ ucap Linda dalam hati, ketika melihat beberapa teman kos-nya berkerubung didepan pintu kamar nomor dua belas.

“ kenapa lagi, sih,,?? “

“ pergi lo semuanya,,pergi,,!!! “ Belum juga si Ina, menjawab pertanyaan Linda, tiba-tiba saja suara keras setengah membentak, terdengar dari dalam kamar tersebut.

“ lin, emangnya kalau lagi galau, musti galak, yak,,?? “

“ tau, deh,,yang hobby-nya galau, khan elo,,kok, malah nanya ama gue, sih,,?? Ucap Linda balik bertanya.

“ kalau gue, sih, pas lagi galau biasanya doyan makan gitu, deh “ jawab Ina santai..

“ PERGI LO SEMUANYA,,,,PRANG “ tiba-tiba, Makhluk didalam kamar kembali berteriak keras, kemudian disusul dengan bunyi barang pecah. Sadar jika, si penghuni kamar tersebut tak menginginkan kehadiran mereka. Akhirnya membuat Linda dan kawan-kawannya, membubarkan diri.

Malam belum terlalu merambat jauh, namun kosentrasi Linda entah hilang kemana. Maka tak heranlah, jika beberapa kali pula terdengar suara protes dari kawan-kawannya, sebab tak sepeti biasanya, cewek Tomboy yang handal bermain Gitar itu, malam ini seperti ogah-ogahan mengiringi mereka bernyanyi, alhasil permainan gitar Linda terdengar sumbang, sehingga suara kawan-kawannya ikut-ikutan Fals.

Entah mengapa sejak pertama kali melihat anak baru yang menghuni kamar bernomor dua belas, dilantai atas kosan-nya itu. Linda sepertinya merasa kalau dirinya, telah lama sekali mengenal sosok Gadis tersebut. Meski bagi kawan-kawannya sendiri, cewek bernama Dinda itu terkesan sedikit misterius, sebab selama dua bulan lebih menjadi penghuni baru dikosan mereka, tak pernah sedikitpun Gadis itu bersosialisasi dengan penghuni kosan lainnya. Namun bagi Linda sendiri, kehadiran Dinda dikosan tersebut, setidaknya telah sedikit mengobati kerinduannya pada seseorang yang amat dirindukannya.

“ elo kenapa, sih, lin,,tumben permainan gitar lo, hancur kayak gini, “ protes Ina, membunuh lamunan Linda.

“ sorry,,sorry,,gue lagi gak mood aja, nih,,”

“ huuuuh,,tau begini, mendingan dari tadi gue dikamar aja main FB-an,,siapa tahu aja ada cowok ganteng yang ngajak chatting,,” Gerutu Cici, sambil meninggalkan beranda kamar Linda.

“ ya udah deh,,mendingan kita pada bubar aja,,besok khan kita pada kuliah pagi,,” ajak Ina kepada kawan-kawannya yang lain.

“ sorry, ya, semuanya,,nex time, deh,,kita genjrang-genjreng lagi, “ ucap Linda, melepas kepergian kawan-kawan kuliahnya, yang kebetulan satu tempat kosan dengannya.

Bunyi tiang Listrik yang sengaja dipukul sebanyak dua belas kali oleh petugas Ronda, menandakan telah larut malam. Sadar jika besok pagi, ada kelas Mr. Marpaung yang musti diikutinya, Linda-pun memutuskan untuk masuk kedalam kamar Kos-nya dan beristirahat.Namun baru saja ia bangkit dari duduknya, sebuah mobil sedan berkelas terlihat memasuki halaman kosan.

Dinda “ ucap Linda senang, saat mengenali Gadis yang keluar dari dalam mobil yang baru saja diparkir. Tetapi sedetik kemudian wajahnya berubah kesal, ketika dilihatnya seorang Pemuda terburu-buru keluar dari dalam mobil dan mengejar Dinda yang berjalan tergesa-gesa ke arah kosan.

“ wah, nih cowok gak ada kapoknya,,!! “ seru Linda agak gusar, saat mengenali lelaki yang kini telah berhasil menahan laju jalan Dinda.

Kegusaran Linda makin bertambah saat disadarinya, jika saja Dinda dan lelaki tadi rupanya tengah terlibat perang mulut. Kesel dengan makian kasar yang keluar dari mulut tamu yang tak diundangnya itu, membuat Linda mendekat ketempat keduanya terlibat pertengkaran mulut.

“ woi,,sekali lagi elo tampar dia,,gue gak bakalan segan-segan masukin lo kedalam got,,” teriak Linda, saat melihat pemuda tersebut menampar pipi Dinda.

Sadar jika orang yang meneriakinya itu,tak lain adalah cewek tomboy yang minggu lalu berhasil membuat dirinya babak-belur, membuat wajah cowok tersebut berubah kecut. Seperti tidak mau mengulangi kesalahannya untuk yang kedua kali, cowok tersebut segera ngacir ke arah mobilnya, dan beberapa detik kemudian sedan mewah yang mengantar Dinda tadi, segera, meninggalkan halaman kosan.

“ elo gak usah sok perhatian deh ama gue,,!!! “ ucap Dinda dengan suara serak, dan wajahnya dibasahi linangan airmata.

“ gue khan Cuma mo menolong lo, din,,,salah apa, jika gueperduli ama lo,,?? “ ucap Linda dalam hati, sambil sepasang matanya mengawasi langkah kaki Dinda, saat menyusuri satu persatu anak tangga yang menuju ke lantai dua.

Sudah dua jam lamanya Linda mencoba untuk tertidur, namun selama itu pula sepasang matanya hanya bisa menutup, tetapi pikirannya terus mengembara melayang-layang mencoba menjemput sejumput kenangan tentang Dinda.

“ maafin gue, Din,,asal elo tau aja, sampai sekarang gue masih belum bisa maafin diri gue sendiri,,andai saat itu, gue nggak sibuk ama urusan gue sendiri,,andai juga saat itu, gue paham dengan coretan-coretan galau didinding kamar elo,,pasti,,,” Linda tak jadi melanjutkan ucapannya.

“ coretan dinding,,,ya, ampun,,,,,Dinda,,!! “ dengan cekatan, Linda segera bangkit dari tidurnya, dan segera keluar dari dalam kamar.

“ Ya, Tuhan,,semoga peristiwa itu, tak terulang lagi,,!! “ ucapnya saat berlari kecil menyusuri anak tangga menuju ke lantai dua, dimana kamar Dinda berada.

Beberapa saat lamanya, Linda hanya dapat mematung didepan kamar Dinda. Saat itu suasana begitu hening, maklumlah sudah hampir pukul tiga dinihari. Pastinya semua penghuni kosan Puteri telah tertidur lelap, begitu juga dengan Dinda. Meski beberapa kali dirinya mencoba mencari tahu, apa yang sedang terjadi didalam kamar tersebut. Namun Gorden berwarna gelap, yang dipakai Dinda untuk menutupi kaca kamar kos-nya, menjadi penghalang bagi Linda.

“ apa sebaiknya gue ketuk aja, ya, pintu kamarnya,,?? “ ucap Linda, ragu-ragu.

“ ah,,tapi kayaknya si Dinda udah tidur, deh,,mungkin gue aja yang terlalu lebay,,” sambungnya sambil menarik nafas, dan segera berbalik arah untuk meninggalkan kamar tersebut.

Tetapi, lagi-lagi saat menyusuri anak tangga untuk menuju lantai bawah, keraguan kembali mendatangi hati si cewek tomboy, yang minggu lalu baru saja men-juarai Invitasi Karate Puteri antar Universitas se-Pulau Jawa itu. Bukankah saat pertama kali dirinya mengenal Dinda, dua bulan yang lalu, Perkenalan mereka itu diawali dengan cek-cok mulut antara Dinda dengan kekasihnya, Persis seperti malam ini.

Dari situlah Linda mengenal kebiasaan Dinda, jika sehabis bertengkar dengan cowoknya. Bukankah setiap habis bertengkar dengan Pacarnya, biasanya Dinda tidak dapat tidur hingga pagi hari. Setahu dirinya, kalau tidak menangis semalam suntuk, pastinya cewek itu menumpahkan kekesalannya dengan memaki-maki, didalam kamarnya. Jika tidak, biasanya cewek itu akan menumpahkan amarahnya dengan menuliskan ungkapan-ungkapan Galau-nya pada dinding kamar.

“ Tulisan Galau,,,ya, Tuhan,,,,Dinda…” Linda segera berbalik arah dan berlari kekamar Dinda.

Beberapa kali dicobanya untuk membangunkan Dinda dengan mengetuk pintu kamar Gadis itu, namun tidak adanya jawaban yang terdengar dari dalam kamar, membuat kekuatiran makin merayapi hati Linda. Meski suaranya dan ketukan pintu-pun berbalasan sama besarnya, namun sahutan dari Makhluk didalam kamar, tak kunjung didengarnya. Sebaliknya, kegaduhan yang dibuatnya, ternyata berhasil membangunkan para penghuni kamar dilantai dua tersebut.

“ Lin,,elo udah Gila, ya,,,jam berapa, nih “ protes Ina saat keluar dari kamarnya dan mendapatkan Linda didepan Kamar Dinda.

“ pasti ada yang gak beres, nih,,” ucap Linda dengan wajah menegang.

“ apanya yang gak beres, lin. “ bukannya mendapat jawaban, sebaliknya Ina malah dibikin terkejut dengan suara pintu kamar Dinda yang jebol, dengan sekali tendangan Linda.

“ DIIINNNDAAAA,,” teriak Ina dan Linda bersamaan.

Sudah jam tujuh pagi. Berarti, tiga jam sudah Linda dipasung kekuatiran. Dan selama itu pula, tidak terhitung berapa banyaknya, cewek tomboy itu mondar-mandir sendirian didepan kamar ICU.

“ Ya, Tuhan,,tolong selamatkan Dinda,,,aku tak ingin kehilangan Dinda untuk kedua kalinya, Tuhan,,” ucapnya sambil menengadah menatap langit biru, dimana Matahari masih malu-malu memamerkan wajahnya.

“ Aku janji Tuhan, jika Engkau menyelamatkan nyawanya, aku akan menjaganya,,tolong, Tuhan, beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku, karena lalai menjaga orang yang kucintai, Tuhan!! “

Lima tahun lalu, ia telah kehilangan adik perempuannya. kesibukannya yang super padat, membuat Linda tidak terlalu peka terhadap perkembangan adik satu-satunya itu. adiknya yang saat itu telah duduk di kelas 3 SLTP, rupanya tengah mengalami indahnya masa-masa Puber. Namun tiadanya kawan untuk berbagi cerita, membuat dirinya lebih senang menulis Curhatannya itu di buku diary dan dinding kamar.

Suatu hari, galau akibat cinta monyet yang dijalaninya, membuat adiknya itu nekat memotong urat nadinya, dan darah yang mengucur dari tangannya dipergunakannya untuk menulis galau-nya, didinding kamarnya, persis dengan apa yang dilakukan oleh Dinda, malam tadi.

“ Tuhan,,,kumohon, berikan aku kesempatan kedua, untuk menjadi teman curhat bagi, Dinda,,,jangan ambil dia, Tuhan,,” tanpa terasa airmata mengucur deras, membasahi pipi Linda, saat mendoakan Gadis yang tengah berusaha keras melawan maut di ruang operasi.Kesamaan wajah, nama, dan juga kebiasaan menuliskan kegalauan didinding kamar, membuat Linda secara diam-diam telah menganggap Dinda, sebagai pengganti adiknya yang telah terlebih dahulu dipanggil Oleh Tuhan.

Roberth lhocare Masihin

Ujung aspal Komplek Pelni, di Mei 2012.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline