Lihat ke Halaman Asli

Ketika Penyair Ditinggalkan Mahadewi

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kicaunya tak lagi mampu meredam kecewa

Kencang gonggong itu, menyalak melukai malam.

diantara wajah yang terlena dalam merana.

dirinya meradang pada rembulan yang meredup ..

aliran kata lancar menyembur dari mulut

memuntahkan kenangan indah yang bawa luka

Sakit makin menganga, melebur kedalam kenyataan.

Pasrah, ternyata tak mampu menjawab pertanyaan…

Penyair malam terus berkoar deras.

Sementara bidadari masih sembunyikan paras.

Kini hanya tetes rintik yang datang menemani.

Tubuh rapuh makin tergerus kedalam arus sepi..

Gelap, dimana kau sembunyikan Sang Dewi.

Tolong, Jangan membungkam seperti awan pekat.

Sudi kiranya kau nyanyikan sedikit lirik pembunuh sunyi.

Agar pagi menjelang, aku takkan ditinggalkan semangat..

Roberth lhocare Masihin

Ujung aspal komplek pelni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline