Lihat ke Halaman Asli

Kisah Lahirnya Theme Song “Tour de Flores”

Diperbarui: 18 Maret 2016   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

 

 [caption caption="Logo Tour de Flores 2016 (tourismvaganza.com)"][/caption]

“Bung, lagu ini bakal booming. Lagu-lagu di dunia yang booming adalah yang easy listening alias mudah dan enak didengar,” ujar Henri Lamiri. “Saya suka lagunya, khususnya bagian reffrein,” kata Ivan Nestorman.

Beberapa minggu sebelum launching Tour de Flores 2016 di Balairung Soesilo Soedarman di Kementerian Pariwisata Republik Indonesia di Jakarta (28/01/2016), muncul gagasan sekilas di benak saya untuk merilis theme song, yang dipersembahan bagi even dunia pertama balap sepeda di Flores pada 19-23 Mei 2016. Saat itu, saya masih berada di pondok sawah sederhana saya di Marapokot, Flores Tengah, tepatnya di kabupaten Nagekeo.

[caption caption="Pondok sawah saya yang sangat sederhana, tempat saya merangkai nada theme song "Tour de Flores" di bawah rindang pohon bambu"][/caption]

Tak lama berselang, Embu Agapitus, pejabat di Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan pangkat kolonel dari kesatuan Pasukan Khusus TNI AU mengirim lirik lagu Tour de Flores dalam teks Inggris via email. Di pondok sawah, saya mencermati lirik tersebut. “Wah, liriknya bagus juga. Saya coba rangkai nada-nadanya,” guman saya.

Berbekal keyboard Yamaha PSR s970, yang baru saya beli di Jakarta atas donasi rekan-rekan Jakarta yang berbaik hati bagi Gereja Petani Marapokot, Flores Tengah, sebuah gereja dengan 99% jemaatnya petani sawah, saya pun perlahan menyesuaikan notasi dengan liriknya.

Ada beberapa part direvisi, agar sesuai dengan aturan standar composing serta menambah beberapa frase syair, sehingga semua destinasi pariwisata prioritas di seluruh Kepulauan Flores terlukis dalam lagu tersebut―Lembata hingga Labuan Bajo―seperti Perburuan Ikan Paus Lamalera di Lembata, Taman Laut di Teluk Maumere, Danau Tiga Warna Kelimutu di Ende, Kain atau Ulos Mbay Kuning-Hitam di Nagekeo, Kampung Tradisional Bena di Ngada, Pulau 17 di Riung, Kampung Tradisional Wae Rebo di Manggarai, serta Komodo di Manggarai Barat atau Labuan Bajo. Dalam waktu singkat, lagu tersebut rampung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline