Lihat ke Halaman Asli

Matematika Politik

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Robert Edy Sudarwan
(Opini ini telah di Muat di Rubrik Opini Harian Lampung Post, pada Selasa 30 Desember 2014)

POLITIK dan matematika dalam pandangan umum menjadi sesuatu yang tidak memiliki keterikatan. Para ahli matematika menjadikan politik sebagai sesuatu hal yang tidak pada kapasitasnya dan tidak perlu dibahas, sementara para politikus menganggap matematika adalah ilmu dewa yang tidak ada kaitanya dengan permasalahan bumi. Padahal, jika matematika digunakan sebagai alat dalam pengambilan kebijakan, tentu saja pengabdian para politikus menjadi akan lebih terukur, sistematis, dan tepat sasaran.

Tidak ada yang tersisa dalam setiap hasta, depa, hingga jengkal dalam segmentasi kehidupan kita yang tidak berkaitan dengan matematika. Dalam keseharian, kita akan dihadapkan pada berjejer data kuantitatif yang kita sendiri pun tidak sadar bahwa itu adalah hitungan yang membutuhkan analisis. Secara sederhana, itu adalah pola dan matematika adalah kemampuan menangkap sesuatu yang abstrak untuk didapatkan polanya dan mencari bagaimana solusi penyelesaianya.

Matematika menjadi sesuatu yang sulit dipahami bukan karena ketidakmampuan intelegensia para pembelajarnya. Dalam sugesti kebanyakan ilmu ini menjadi “momok”, sehingga ketidakpahaman akan pengetahuan itu adalah sesuatu yang niscahya. Padahal, dalam ruang lingkup kehidupan kita yang paling praktis sekalipun membutuhkan analisis yang secara tidak langsung setiap individu telah bermatematika.

Dengan demikian, perlu adanya sarana edukasi yang baik dan renyah dalam konteks pembelajaran matematika dalam ruang lingkup kebutuhan. Menjadikan matematika sebagai disiplin ilmu alat yang multifungsi dalam setiap aspek kehidupan.

Politik dalam Kehidupan

Politik kebanyakan dipahami saat ini tidak jauh dari ruang lingkup partai politik, pemilihan lurah, sampai pemilihan presiden, dan segala sesuatu yang berbau pesta demokrasi yang melibatkan rakyat sebagai objek. Objek (baca: rakyat) adalah sesuatu yang menarik untuk dibincangkan, karena perilaku objek politik adalah pundi rupiah yang dapat dikeruk oleh mereka yang concern dalam riset pemenangan calon atau konsultan pemenangan. Hal ini akan menjadi sempit pemaknaannya jika mendefinisi politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pesta demokrasi.

Secara sadar kita menyadari realitas kehidupan tidak pernah terlepas dari segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan. Dalam penyelenggaraan kehidupan dari ruang terkecil di lingkup RT, RW, atau kelurahan akan dekat dengan yang namanya kebijakan. Harga segelas kopi panas dan nasi kucing di angkringan atau sekadar harga cabai rawit di pasar tempel juga akan sangat dekat dengan kebijakan.

Jadi, kita dapat menyimpulkan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak adalah sesuatu yang erat kaitanya dengan kebijakan. Seni mengolah kebijakan itu sendiri adalah yang bernama politik, tentu maksud politik di sini adalah pemaknaan secara umum dan luas.

Riset Kebijakan

Jika ada kebijakan yang baik, terdapat assessment yang baik dan assessment yang baik didapat dari perhitungan yang tepat. Matematika memiliki subilmu yang bernama statistika, disiplin ilmu ini dipercaya mampu untuk menentukan apakah faktor yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi faktor lainnya.

Statistika mampu mengetahui seberapa kuat adanya hubungan faktor-faktor tersebut, memberikan perhitungan sejauh mana kita harus memperhatikan faktor yang satu atau meninggalkan faktor lainya. Dalam riset kebijakan tentu kita akan dihadapkan pada variabel yang harus mampu kita definisikan dalam dimensi faktor utama atau kontrol.

Dalam pengambilan kebijakan para pemangku kekuasaan, tentu akan dihadapkan banyaknya populasi masyarakat yang harus ia teliti. Sedikit waktu yang akhirnya dapat digunakan oleh mereka, sehingga hasil kebijakan semisal tentang perlukah mengangkat pegawai baru, pengadaan alat, mengadakan penataran, training, perlukah sistem baru dipakai dan sistem lama ditinggalkan atau lainnya.

Semua itu akan salah sasaran jika tidak didasari dengan riset kebijakan yang baik. Untuk melihat dan menilai hasil pembangunan masa lalu atau juga untuk membuat rencana masa datang hendaknya pemerintah mengambil manfaat dari statistika.

Matematika Praktis

Kita dihadapkan pada pilihan untuk menjadikan matematika sebagai ruang lingkup ilmu atau menggunakan matematika sebagai alat kehidupan. Pada politik praktis dengan sistem demokrasi di Indonesia dewasa ini, matematika menjadi hal yang pokok untuk dijadikan sebagai alat mengapitalisasi suara.

Dengan metode riset yang digunakan dan dengan analisis statistik dalam mengolah populasi ke dalam sampel penelitian. Kemenangan calon peserta pemilu akan didapat dengan cara yang murah, efektif, dan efisien. Tentu akan sayang jika komponen yang ada di dispilin ilmu ini hanya menjadi dimensi ilmu yang tidak mampu menembus ruang kehidupan.

Begitu pun ketika kemenangan dalam politik praktis itu didapat. Secara tidak langsung ketika para politisi duduk pada takhtanya dan akan mengambil langkah kebijakan, akan baik rasanya jika menempatkan matematika sebagai alat meramu keputusan, seperti halnya telah penulis urai di atas.

Namun, yang menjadi masalah adalah ketika tidak semua kita yang ada ini mampu dan mau belajar disiplin ilmu ini. Kemampuan riset secara kuantitatif hingga mendiskripsikan dan menjadikannya ke dalam bahasa publik yang sederhana bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini hanya dimiliki mereka yang menekuni disiplin ilmu tersebut dan jika para pemegang kebijakan harus mengolah keputusan yang taktis harus melibatkan pihak ketiga, tentu akan memakan waktu yang lama.

Sebaiknya, matematika politik itu menjadi disiplin ilmu baru yang wajib dipelajari para pemegang kebijakan. Mereka yang berada dalam ruang publik harus wajib tahu dan mengerti hingga mampu menggunakanya sebagai alat bantu kepemimpinan.

Ini hanya permasalahan mau atau tidak, bukan bisa atau tidak, sehingga para politikus ketika menjalankan amanat rakyat dapat mengolah kebijakan sepenuhnya untuk permasalahan rakyat. Maka, dalam hal ini perlu adanya panduan atau modul oleh ahli matematika yang berkaitan dengan cara praktis menggunakan matematika sebagai alat bantu dalam dunia politik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline