Lihat ke Halaman Asli

Berbagi Pengalaman Berdiskusi di Forum Internasional

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_44241" align="alignnone" width="500" caption="Peserta ACJC di kantor The Nishinippon Shimbun"][/caption] [caption id="attachment_44244" align="alignnone" width="500" caption="Peserta ACJC"][/caption] Pertengahan Desember 2009 lalu, saya menghadiri Asian City Journalist Conference (ACJC) di Fukuoka, Jepang. Ini semacam forum jurnalis Asia yang peduli lingkungan perkotaan. Saya mewakili jurnalis Indonesia, ikut berdiskusi dengan tujuh jurnalis dari tujuh negara di Asia. Kami mengupas kondisi kota tempat kami tinggal. Saya bersyukur mendapat kesempatan berbicara dalam forum internasional. Delapan jurnalis Asia yang ikut serta dalam ACJC ini adalah  Faezah Ismail (The New Straits Times, Kuala Lumpur, Malaysia),  Cynthia Balana (The Philippines Inquirer, Manila, Filipna), Teo Wan Yee (Lianhe Zaobao, Singapura), Somhatai Mosika (The Prachachat Business, Bangkok, Thailand), Nguyen Ham Bao Truc (Saigon Investment Finance, Ho Chi Minh City, Vietnam), Yeo-jin Yun (The Busan Ilbo, Busan, Korea Selatan), Ryuji Tanaka (The Nishinippon Shimbun, Fukuoka, Jepang), dan Robert Adhi Ksp (Kompas Daily, Jakarta, Indonesia). Diskusi ini dimoderatori Takeshi Kokubu, editor senior The Nishinippon Shimbun. Dalam diskusi itu, saya menjelaskan salah satu upaya Pemerintah Jakarta mengurangi pencemaran udara yang begitu tinggi, yaitu dengan menerapkan kebijakan Car Free Day setiap hari Minggu di sejumlah jalan utama di Jakarta. Kualitas udara di Jakarta termasuk dalam tiga besar terburuk di dunia, selain Bangkok dan Mexico City. Selain itu Jakarta secara bertahap membangun Bus Rapid Transit (BRT), dan masih merencanakan membangun Mass Rapid Transit (MRT). Pencemaran udara di Jakarta sebagian besar, sekitar 80 persen, disumbang oleh asap kendaraan bermotor, baik kendaraan pribadi roda empat, roda dua, maupun kendaraan umum. Salah satu solusi yang dapat dilakukan antara lain dengan membangun transportasi ramah lingkungan. Yeo-jin Jun menyebutkan, Pemerintah Busan, kota kedua terbesar di Korea Selatan, mulai mengajak warganya mengendarai sepeda saat berpergian ke kantor, dan menyediakan sepeda-sepeda sewaan di lokasi-lokasi publik. Ryuji Tanaka mengutarakan, Fukuoka sudah memiliki MRT atau Subway yang melayani semua wilayah kota. Setiap hari Jumat, diterapkan Car Free Day, dengan tujuan agar warga kota menggunakan MRT. Mosika mengungkapkan, Bangkok memang sudah memiliki MRT dan akan mengembangkan MRT ke semua wilayah kota. Wan Yee menjelaskan, Singapura sudah memiliki kebijakan yang sudah diterapkan sejak lama, yaitu ERP (Electronic Road Pricing) di sejumlah jalan utama, yang mengharuskan pengendara mobil membayar jumlah tertentu jika ingin melintasi jalan utama. Kota-kota di negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura yang sudah memiliki MRT yang ramah lingkungan pun, tetap berupaya agar transportasi kota yang digunakan adalah transportasi ramah lingkungan. Pemerintah setempat menyadari betapa pentingnya menciptakan lingkungan kota yang sehat. Sementara Bangkok sudah memiliki MRT dan Kuala Lumpur memiliki monorel. Bagaimana dengan Jakarta? Rencana pembangunan MRT Lebak Bulus-Dukuh Atas sudah dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sejak dalam kampanyenya menjadi gubernur. Perusahaan MRT ini sudah dibentuk. Kita berharap MRT ini betul-betul terwujud sesuai rencana. Kalau ditunda-tunda lagi, sungguh tidak terbayangkan kondisi lalu lintas Jakarta beberapa tahun ke depan dan bagaimana tingkat pencemaran udara di kota ini. Upaya mewujudkan transportasi ramah lingkungan sudah disadari oleh industri otomotif Jepang. Sejumlah model dan konsep kendaraan ramah lingkungan dipamerkan dalam Fukuoka Motor Show 2009 Desember ini. Pemerintah Jepang mendukung penuh rencana industri otomotif Jepang mengeluarkan berbagai produk yang lebih ramah lingkungan, emisi nol. Saat ini Universitas Kyushu di Fukuoka memiliki pusat penelitian teknologi hidrogen, untuk mengembangkan lebih jauh teknologi ramah lingkungan ini. Dalam tahun 2030, Jepang direncanakan memproduksi 15 juta unit kendaraan ramah lingkungan. Dan kita berharap, produk-produk otomotif ramah lingkungan dari Jepang inilah yang akan membanjiri Jakarta dan kota-kota di Asia lainnya sehingga kualitas udara tetap baik. Inilah catatan dari Asian City Journalist Conference di Fukuoka, Desember 2009 lalu. ACJC kali ini menjadi lebih berkesan bagi saya karena saya mendapat kesempatan memberikan closing speech dalam farewell party di Nishitetsu Grand Hotel, yang dihadiri Konsul Jenderal dan Atase Perdagangan Thailand dan Vietnam, serta sejumlah tamu VVIP lainnya. Dalam sambutan penutup itu, saya atas nama para peserta ACJC menyampaikan terima kasih kepada President The Nishinippon Shimbun Takao Kawasaki dan Director of UN Habitat Asia-Pacific Region Toshi Noda, serta jajaran mereka, yang mengornasir ACJC ini dengan baik. Saya sangat terkesan dengan ACJC kali ini karena saya satu-satunya peserta lelaki di antara peserta ACJC lainnya. Salah satu hal penting yang saya sampaikan adalah gagasan bagaimana para peserta ACJC tetap dapat saling berkomunikasi dengan baik. Pada malam sebelumnya saya berdiskusi dengan Takeshi Kokubu dari The Nishinippon Shimbun, Faezah Ismail dari The New Straits Times, dan Cynthia Balana dari The Philippines Inquirer. Akhirnya kami sepakat membuat grup UN Habitat's Asian City Journalists Conference Group di jejaring sosial Facebook. Saya minta izin kepada Toshi Noda karena kami menggunakan nama UN Habitat, dan Noda-san menyetujui hal ini. Dan semua pihak yang pernah terlibat dalam ACJC diundang masuk dalam grup global dalam facebook. Saya juga menyampaikan bahwa sesuai informasi Noda-san, penyelenggaraan ACJC akan digelar di Indonesia. Sebagai peserta yang mewakili Indonesia, saya menyambut baik hal ini. Pada akhir acara, saya sempat mengangkat tinggi-tinggi gelas wine, dan semua peserta ikut melakukannya. Sungguh, ACJC kali ini sungguh berkesan di hati saya. Apalagi setelah itu, Toshi Noda-san menyalami dan memeluk saya, dan mengucapkan terima kasih. Ini sungguh memberikan kebanggaan dan kepercayaan diri yang semakin kuat dalam diri saya. Ternyata saya sangat percaya diri saat memberi 'closing speech' di hadapan tamu dari berbagai kebangsaan, dan juga saat berdiskusi dalam forum internasional sehari sebelumnya.  Pengalaman di Fukuoka tahun 2009 ini sungguh memperkaya batin saya dan menambah kepercayaan diri. Serpong, 27 Desember 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline