Lihat ke Halaman Asli

Pada Akhirnya Jokowi Hanya Boneka

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Joko Widodo alias Jokowi calon presiden dari PDIP telah berjuang melepaskan dirinya dari stigma sebagai seorang boneka atau pemimpin yang dikendalikan pihak lain dari jauh antara lain dengan mencoba menyerang Tuan Puteri partainya sendiri, Puan Maharani melalui media massa dengan menyalahkan Badan Pemenangan Pemilu PDIP pimpinan Puan atas gagalnya PDIP meraih threshold pada pemilu legislatif lalu atau hanya 19%.
Kali ini Jokowi salah memilih sasaran tembak untuk ngeles. Di antara sekian banyak pihak Jokowi malah menyerang Tuan Puteri PDIP yang terkenal sangat emosional dan bertempramen luar biasa tinggi, warisan kakeknya, Soekarno dan ayahnya Taufik Kiemas. Tersulut oleh pernyataan kurang ajar Jokowi di media massa tersebut Puan akhirnya memarahi dan mengusir Jokowi dari rapat evaluasi hasil pemilihan legislatif. Memang Jokowi sempat dibela anak Megawati yang lain, Prananda, namun Prananda bukan orang yang awam politik dan sejak semula kursi Ketua Umum PDIP akan diwariskan kepada Puan dan bukan Prananda, sehingga dalam jangka panjang dukungan Prananda tersebut tidak akan berarti banyak sebagaimana akan dijelaskan pada bagian lain artikel ini.

Bagi yang masih menyangsikan bahwa pertikaian Jokowi-Puan terjadi silakan pertimbangkan beberapa fakta berikut dalam kasus dari artikel The Jakarta Post ("TJP") yang menghebohkan tersebut:

1. Ada narasumber yang minta namanya dirahasiakan dan merupakan orang dalam PDIP menceritakan pengusiran Jokowi oleh Puan kepada wartawan TJP (TJP bukan koran sembarangan sehingga tidak mungkin asal mengutip narasumber hanya sekedar membuat berita heboh).

2. Pembelaan dari PDIP (Eva Sundari dan Jokowi) adalah bahwa pada saat kejadian Puan Maharani tidak ikut rapat. Apakah masuk akal Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP tidak ikut rapat evaluasi hasil pemilihan legislatif?

3. Pembelaan Jokowi adalah Puan langsung pergi ke Hong Kong dan baru kembali hari minggu malam. Akan tetapi pernyataan ini berbeda dari pernyataan Hasto, wakil Sekjend PDIP yang mengatakan Puan Maharani ada di rumah Kebagusan. Jadi Puan Maharani ada di mana?

4. Adalah fakta tidak terbantahkan bahwa suami Puan Maharani ikut rapat evaluasi yang dipermasalahkan tadi. Pertanyaan, bila suami ikut rapat masa Puan sendiri tidak ikut? dan untuk apa Puan mendadak pergi ke Hong Kong sendiri tanpa mengajak suaminya? Apakah hal seperti ini masuk akal? sama sekali tidak.

5. Hak Jawab PDIP sudah dimuat oleh TJP, intinya menurut mereka "ada kekuatan hitam yang kuatir dengan naiknya PDIP." Ini jelas bukan pembelaan konkrit, hanya alasan yang dicari-cari, sebab narasumber TJP sangat jelas yaitu orang dalam PDIP yang ikut rapat dan ribut internal PDIP tentu perbuatan mereka sendiri dan tidak ada sangkut pautnya dengan "kekuatan hitam" manapun. Jawaban ngeles khas PDIP.

Jadi sesungguhnya terbukti keributan dalam rapat evaluasi memang ada. Perihal PDIP membantah karena ribut internal sangat memalukan adalah hak mereka. Mari kita lanjutkan artikel ini.

Setelah Puan pergi ke Hong Kong yang dapat diduga sebagai upaya menenangkan diri, tampak sekali Jokowi meraja rela merebut kewenangan Puan dengan melakukan safari politik guna membentuk koalisi dengan bertemu Golkar, PKB dan Nasdem. Jokowi juga mengatakan bahwa dia akan memimpin sendiri pemenangan pemilu bagi dirinya. Dua pekerjaan yang berdasarkan perintah Megawati adalah kewenangan Puan Maharani. Sekilas Jokowi terlihat di atas angin, tapi saat itu saya sudah menduga Puan tidak akan tinggal diam dan akan menyerang balik.

Benar saja, kemunculan pertamanya di muka publik pasca berita TJP pada hari senin tanggal 14 April 2014 kemarin Puan langsung menggebrak Jokowi di depan publik serta menunjukan posisi Jokowi sesungguhnya dalam struktur atau strata PDIP. Pertama, sekjend PDIP langsung membantah bahwa Jokowi adalah Panglima Pemenangan PDIP; Kedua, Puan Maharani menyatakan akan ada evaluasi terhadap pencapresan Jokowi, dan hal ini sekaligus membantah ucapan Jokowi bahwa pencapresannya sudah tidak bisa diganggu gugat; dan 3. Puan membuat pernyataan yang luar biasa keras dan cenderung kasar bagi orang Jawa yang ditujukan kepada Jokowi, kurang lebih: "Jokowi jangan kualat kepada Trah Soekarno, sebab bila kualat maka tidak perlu dihajar atau digebukin juga pada akhirnya tidak bisa apa-apa dan sudah banyak buktinya di luaran."

Singkatnya, Puan Maharani telah menunjukan taringnya kepada Jokowi yang suka berbohong dan asal bunyi itu. Pada akhirnya walaupun Jokowi mencoba mementahkan bahwa dirinya adalah boneka namun sekarang dia justru terlihat sebagai boneka Trah Soekarno yang kaki dan tangannya diikat dengan tali dan dikendalikan dari atas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline