Lihat ke Halaman Asli

Asisten Ayam

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14238020801563387451

Ya...asisten ayam, tapi jangan ngeres dulu ya.asisten ayam yang saya maksud benar benar asisten yang membantu membawakan ayam jago kemana mana saya pergi.

Ketika saya SMP kelas 1, saya mempunyai hobi memelihara ayam jago dan ayam kate. Tapi yang agak beda adalah ayam jago dan ayam kate yang saya pelihara sebenernya bukan untuk diadu melainkan saya secara pribadi memang senang saja memelihara binatang peliharaan, antara lain yang pernah saya pelihara adalah ayam, burung, kelinci, marmut, monyet dan ikan.

Kembali ke asisten ayam saya, namanya adalah iwan biasanya kami sering menyebut Iwan Pena. Kebetulan rumahnya persis dibelakang rumah saya di kampung halaman di Pangkalan Susu.

Hampir setiap hari iwan sering membantu membawakan ayam saya kemana pun saya pergi disekitar rumah. Karena kadang kala kami sering datang kerumah teman temanuntuk saling memamerkan ayam jagonya masing masing serta ketika pertemuan juga masing masing dari kami saling memberi masukan masukan seperti cara memandikan,merawat dan memberi resep obat obatan agar ayamnya bisa lebih sehat ( seperti pengamat cilik kalo dipikir pikir hehehheh ).

Sebenernya Iwan ini bukan hanya “asisten ayam “ tapi juga sekaligus sahabat karib saya dan yang selalu menemani kemana pun saya pergi, sebagai informasi iwan sahabat saya buta huruf danpendidikan terakhir cuma sampai kelas dua SD serta lahir dari keluarga yang kurang beruntung. Sejak kecil Iwan dibesarkan oleh kedua kakek neneknya yang kebetulan alm kakeknya juga bersahabat baik dengan alm ayah saya.

Dari informasi yang saya terima ayahnya meninggalkan ibunya ketika dia masih dalam kandungan. Iwan sendiri berasal dari keluarga melayu langkat dan saya berasal dari keluarga keturunan Tionghoa. Walaupun begitu di antara kami berdua tidak pernah merasa ada perbedaan. Kampung kami adalah sebuah kota kecil di perbatasan antara Aceh dan Sumatera Utara yang bernama Pangkalan Susu.

Ketika saya melanjutkan kuliah di Medan dan akhirnya merantau ke Kalimantan untuk bekerja, kami hampir tidak ketemu bertahun-tahun dikarenakan sesuatu dan lain hal akhirnya semalam saya pulang kembali ke kampung halamandan hari ini saya ketemu lagi dengan Iwan.

Dari penelusuran ke rumahnya dan mendengar ceritanya, saya merasa sedih karena sudah hampir 2 tahun belakangan dia belum mempunyai pekerjaan yang tetap. Kehidupan sehari-harinya dibantu oleh istrinya yang bekerja sebagai buruh cuci dirumah rumah sekitar. Pertemuan tadi pagi dengannya membuat satu kesepakatan dengan dia bahwa dalam satu atau dua minggu ke depan kami akan keliling  lagi sekitar kampung halaman dan dia tetap mau menemani saya. Berharap di masa yang akan datang kamu tidak jadi “asisten” saya lagi wan, kalo bisa jadi asisten orang berpangkat.

Note :

(Ini adalah artikel saya yang pertama kali dikompasiana,selama ini saya selalu menjadi silent reader. Mohon maaf jika ejaan dantulisannya kurang bagus.selama ini saya banyak membaca artikel artikel yang ada di kompasiana, saya senang dengan artikel pak Tjipdinata Effendi dan Bung Yusran Darmawan serta kang Miftah)

Pangkalan susu, 13 February 2015

Robert




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline