Lihat ke Halaman Asli

Perang dan Makna Kebenaran dalam Perspektif Politik

Diperbarui: 20 Desember 2016   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 | Dokumen pribadi

Alasan Amerika menginvasi Irak 13 tahun lalu adalah demi perdamaian dunia. Amerika secara resmi melakukan invasi pd tanggal 19 Maret 2003 di bawah kode “Operasi Pembebasan Irak.” Berita yang disebarkan Amerika sebelum penyerangan adalah adanya dugaan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal (Weapon of Mass Destruction/WMD) yang dapat mengancam perdamaian regional, bahkan internasional. Dengan berita itu, Amerika mendapatkan “tiket” masuknya ke Irak. 

Sambil mengelu-elukan demokrasi dan perdamaian, Amerika mulai melucuti nilai kemanusiaan di Irak. Namun sampai sekarang kebenaran mengenai keberadaan WMD di Irak tidak pernah terbukti. Isu yang banyak didengar dunia kemudian justru adalah mengenai tumbangnya “tirani” di Timur Tengah dengan meninggalnya Saddam Hussein. Ini semacam pengalihan isu dari alasan awal invasi mengenai WMD (yang kemudian banyak digugat oleh para aktivis kemanusiaan) ke tumbangnya tirani. Dan ini menjadi pembenaran politik atas aksi yang telah diambil Amerika di Irak. Amerika dianggap sebagai pahlawan kemanusiaan, sambil menyisakan ribuan orang meninggal, ribuan orang luka-luka, dan ribuan harta benda hancur di Irak.

Bagi sebagian negara, terutama negara-negara Eropa, apapun alasan Amerika memulai penyerangan di Irak, semua bisa dibenarkan, tidak perduli apakah memang ada program MWD atau tidak. Yang terpenting adalah tumbangnya rezim Saddam yang dianggap dapat mengancam kepentingan mereka di Timur Tengah. Itulah politik. 

Dalam dunia politik sulit sekali untuk mencari tahu apa yang disebut tentang “kebenaran.” Kebenaran menjadi sangat bias, bergantung pada siapa yang mengatakan atau mempropagandakannya. Secara moral, invasi ke Irak sulit untuk dibilang benar, dengan adanya WMD sekalipun.  Tapi sebagian negara di dunia membenarkan. Amerika mendapatkan dukungan yang besar, terutama dari para sekutunya. Dan ketika pemerintahan Saddam tumbang, dunia menyambutnya sebagai “kekalahan tirani dan kemenangan demokrasi.” Mereka memberikan “standing applause” pada George Bush.

Saya masih tidak habis pikir; ternyata “kebenaran” dalam zona politik bisa menjadi sangat kejam. Mari lihat tragedi Supersemar di dalam negeri; sampai sekarang Supersemar masih menyisakan misteri yang tak terpecahkan. Tapi dalam sejarah, Supersemar dianggap sebagai “kebenaran” yang harus terjadi, dan karenanya jugalah kemudian terjadi rotasi kepemimpinan di tanah air dari Soekarno kepada Soeharto. 

Sebut saja ini juga ”kebenaran” versi politik. Dan tidak jarang “kebenaran” dalam zona politik harus memakan korban nyawa yang tidak sedikit. Dua contoh di atas (Invasi Amerika ke Irak dan Supersemar) menjadi bukti gelapnya sejarah mengenai “kebenaran” itu.

Pernahkah kita tahu apa alasan di balik setiap peperangan yang terjadi di dunia? Perang seringkali terjadi dengan alasan-alasan yang secara moral sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan, tapi secara politik dibenarkan. Bagi kaum realis, perang terjadi karena beberapa alasan yang rasional, yakni;

 1. Untuk mengurangi laju populasi penduduk dunia yang terlalu besar. Menurut penelitian, laju pertumbuhan penduduk dunia bagai sebuah ledakan, terlalu besar dan cepat. Sementara laju tingkat pertumbuhan pangan sangat lamban. Jika penduduk semakin besar namun ketersediaan pangan dunia tidak mencukupinya, maka akan terjadi kelaparan global. Karena itu populasi harus dikurangi. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan perang. Tidak perduli bahwa yang harus mati itu manusia.

2. Penjualan senjata. Negara-negara besar penghasil senjata, seperti Amerika Serikat dan Rusia, tahu betul bahwa perang dapat memberikan keuntungan bagi mereka. Negara-negara di Afrika, Asia dan Timur Tengah seringkali diadu domba demi terjadinya penjualan senjata. Aneh tapi nyata, mereka berjualan diatas kematian ribuan bahkan jutaan manusia.

3. Show of force, atau unjuk kekuatan. Perang digelar dan terjadi karena ada satu negara atau sekelompok negara ingin menanamkan pengaruhnya di kawasan atau di dunia.

4. Perang bahkan bisa terjadi cuma karena satu negara ingin menanamkan ideologinya terhadap negara lain. Lihatlah penyerangan Amerika di Afghanistan, Irak; atau pembelaan dunia terhadap Israel di tanah Palestina; atau lihatlah juga ketika Rusia (sejak masih Uni Soviet) menduduki banyak negara di timur; lihat juga dua Perang Dunia yang pernah terjadi. Itu semua karena alasan ideologis; ada yang ingin memaksakan menanamkan ideologi komunisme, liberalisme, bahkan demokrasi. Aneh juga, demokrasi kok ditanamkan melalui benih peperangan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline