Lihat ke Halaman Asli

Ibu Susi Pudjiastuti dan Industri Rokok; Berkembang (Lagi) ?

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum berakhir bulan (Oktober ini) dimana kita mendengar berita mengenai pensiun dini / PHK 2.000 karyawan salah satu industri rokok terbesar di Indonesia (sumber berita : tempo.co, Kamis 9 Oktober 2014 "Krisis, Gudang Garam PHK 2.000 Karyawan).

Dan beberapa hari yang lalu, tepatnya Minggu, 26 Oktober 2014, Bapak Presiden Joko Widodo mengangkat salah seorang wanita yang sukses dalam mengelola bisnisnya, Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Beliau diharapkan menjadi tokoh utama bagi program Kabinet Kerja Bapak Joko Widodo yang akan mengedepankan industri maritim nasional.

Tidak bisa dipungkiri kesuksesan Ibu Susi Pudjiastuti dalam mengelola bisnis aviasi yaitu dengan Susi Air dan dimulai dengan sebuah pesawat Cessna (pesawat capung)  terus berkembang dan bertambah jumlah asset pesawatnya.

Yang menarik adalah, ulasan banyak media yang "melabelkan" beliau sebagai "tidak lulus SMA, bertatto, suami bule dan perokok". Saya hanya akan beropini untuk "label terakhir".

Sebagai salah seorang yang masih berusaha untuk berhenti merokok, saya sangat amat mendukung apabila hal tersebut bisa segera dilakukan oleh Ibu Susi. Saya membayangkan beliau akan cukup tersiksa ketika harus mencari "smoking area" di seputaran Istana pada saat harus menghadiri rapat disana. Atau mungkin disediakan "Ruang Merokok" di Istana? Sangat aneh dan naif, karena pada saat ini hampir seluruh tempat-tempat publik sudah tidak menyediakannya dan perokok menjadi "orang pinggiran" karena benar-benar harus cari ruang terbuka di pojokan :)

Bagi seorang perokok, tidak membawa korek api saja saat bepergian, sudah seperti kehilangan emas sepuluh kilogram :) , handphone lebih sering tertinggal  dibanding rokok dan partner setianya, si korek api dan  rokok menjadi teman setia saat menyetir sendirian dan menghilangkan kantuk. Tapi, pasti bahwa merokok memang membahayakan kesehatan, bukan hanya perokok aktif, tapi juga kerabat sekitar (pasif, dan katanya lebih berbahaya buat mereka).

Dilema juga ya buat pemerintah, atau tidak jelas arahannya, dimana saat gencar gerakan untuk berhenti merokok dan bahayanya, yang dicanangkan pemerintah, eh ada Menteri yang merokok justru saat seluruh stasiun televisi baik domestik atau luar negeri sedang meliput moment penting pengumuman struktur Kabinet Kerja. Kemenangan bagi industri rokok tanah air ??

Kalo sudah begitu, (mungkin) industri rokok di Indonesia akan kembali bergerak naik "grafik" jumlah produksinya, dan yg di PHK bisa kembali direkrut , karena kalau tidak, Ibu Susi akan import rokok kesukaannya... :)

Dan tentang tatto di kaki, itu pilihan Ibu dan tidak mengganggu orang lain seperti asap rokok, kalo saya tidak ingin di tatto, bakal jelek hasilnya karena kulit putih, body tidak sixpack dan katanya tidak boleh menyiksa diri sendiri, Bu :p

By the way, Selamat ya Bu Susi, Selamat Bekerja untuk NKRI, mari kita, saya dan Ibu sama-sama berusaha keras berhenti merokok karena kita sama-sama tersiksa apabila sudah berada di tempat umum :)

Wassalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline