Lihat ke Halaman Asli

Puisi Untuk Rohingya

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lihat dan dengarlah di sana
orang-orang bergerak berteriak di ujung putus asa

Debu mengepul oleh sepakan kuda
denting gemerincing pedang beradu
moncong-moncong senapan muntahkan asap mesiu
dentum meriam bercampur desing peluru

Puing-puing reruntuhan penuh arang dan abu
mayat-mayat bergelimpangan hitam membiru
keringat, darah dan air mata mengalir sepanjang waktu

Pembangunan dan penghancuran
perbaikan dan perusakan
pengobatan dan penyiksaan
penyelamatan dan pembunuhan
kehidupan dan kematian

Atas nama cinta, rakyat, kebenaran dan Tuhan
seperti dua sisi pada sekeping uang logam
berdekatan, bersandingan, berdampingan, beriringan, bersebelahan
namun tak pernah bertemu pada satu halaman perdamaian

Perang antar manusia, lagu abadi memilukan
di medan terbuka, pemukiman warga, terminal, bandara, dan jalan- jalan raya
di ruang- ruang sidang, rapat kerja dan mimbar agama
di perkantoran, gedung dewan dan istana raja

Kata-kata mewakili dahsyatnya senjata
diplomasi, orasi, presentasi, persuasi dan argumentasi
Tarik-menarik kepentingan, dorong-mendorong kebutuhan, desak-mendesak keinginan
Saling tuding saling todong, saling cekal saling jegal, saling sikut saling sudut
dengan segala cara yang konon terhormat dan bermartabat

Aroma perang tetap saja berkobaran
Atas nama cinta, rakyat, kebenaran dan Tuhan
seperti dua sisi pada sekeping uang logam
berdekatan, bersandingan, berdampingan, beriringan, bersebelahan
namun tak pernah bertemu pada satu halaman perdamaian.

Bumi terheran, langit bertanya, pertanyaan abadi
“Apa yang kau cari wahai penghuni bumi?“

RJ-03/08




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline