Lihat ke Halaman Asli

Robby Nur Awaluddin

Guru SMPN 1 Cibalong, Garut

Berbagi Kebahagiaan dengan Murid-murid Tersayang melalui Cilok Gratis

Diperbarui: 22 Desember 2020   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi

Salam hormat untuk para pembaca artikel ini. Terima kasih saya ucapkan untuk dewan Juri yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca dan mungkin memasukkan tulisan sederhana ini ke dalam daftar artikel yang layak/ memenuhi kriteria lomba "JNE 3 Dekade Bahagia Bersama."

Artikel ini mungkin lebih tepat disebut sebagai cerita tentang pengalaman pribadi saya sebagai seorang guru yang merangkap sebagai penjual Cilok. Orang Sunda bilang Cilok itu kepanjangan dari Aci Dicolok. Pasti Saudara pun sudah mengenal makanan tersebut, kan?

Hehe...

Menjual cilok sudah lama saya lakukan di sekolah pada jam istirahat. Rekan guru dan para siswa adalah sasaran utama saya dalam berjualan atau berdagang. Tapi ini dulu... Sebelum adanya virus corona dan sekolah masih dibuka.

Meski hasil berjualan cilok masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Alhamdulillah kegiatan tersebut selalu saya lakukan.

Entah mengapa bisa seperti itu? Saya pun tak mengerti mengapa semangat saya menjual cilok tidak pernah hilang meski sering kali dagangan cilok saya banyak tersisa karena tidak laku.

Setelah diingat-ingat, ternyata ada kepuasan batin saat berdagang cilok yang tak saya sadari pada awalnya.

Saudara tahu apa itu?

Biar saya ceritakan kronologinya.

Begini ceritanya...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline