Lihat ke Halaman Asli

robby kusumalaga

One tiny itsy bitsy dot, on the pale blue dot

Cinta karena Pilihan, Atau Cinta karena Kebutuhan?

Diperbarui: 14 Februari 2023   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

(Saya dedikasikan tulisan ini untuk wanita yang dulu pernah menjadi kekasih saya selama delapan tahun, lalu menjadi istri saya sampai saat ini dan selamanya. I may not be able to give you a diamond that last forever. But I can give you two things that will equally last a diamond, if not more superior : An unconditional love so deep...and this proof of digital trace :)

Apa yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini, adalah mengenai sesuatu yang keberadaannya sudah setua waktu, dan ukurannya seluas alam semesta. Sesuatu yang "metafisik", walau kehadirannya kadang luput dari pandangan, namun ia jelas dapat dirasakan tinggal di hati setiap insan. Sesuatu yang jika diberikan oleh seseorang, maka akan memberikan kekuatan kepada penerimanya ; dan jika kita memberikannya kepada orang lain, maka akan memberikan keberanian kepada diri kita. Ya, pada kesempatan ini saya ingin berbagi mengenai makna dari : Cinta.

Walau pun cinta adalah bahasa yang bisa didengar oleh seorang tuna rungu, dan dapat terlihat oleh seorang buta, tetapi jika saya menanyakan definisi cinta kepada seratus orang, maka saya akan mendapatkan seribu kemungkinan jawaban berbeda dari mereka. Dan uniknya, tidak ada satu pun dari jawaban-jawaban itu yang salah, melainkan seluruhnya benar. Karena memang, tidak akan pernah tercapai satu kesepakatan mengenai definisi cinta yang dapat mewakili semua orang.

Bagi seorang Ibu, cinta adalah mengenai : perjuangan konstan merawat, membesarkan, mendidik, berkorban -bahkan bertaruh nyawa- untuk kebaikan anak-anaknya.

Bagi seorang ayah, cinta adalah : setiap hari -mulai dari sebelum matahari merangkak naik, sampai dengan nanti matahari jauh terbenam- membanting tulang mengerjakan pekerjaan yang sama sekali tidak ia sukai apalagi pilih -demi untuk bisa terus melihat senyum di wajah anak-istrinya.

Bagi sepasang kekasih, cinta adalah : berusaha meyakinkan orang tua masing-masing, bahwa pilihan pasangan hidup mereka adalah yang terbaik dan paling mereka inginkan. Menggambar peta -sekaligus menentukan tempat-tempat singgah kehidupan- untuk mencapai tujuan dari cita-cita membangun sebuah keluarga kecil yang bahagia.

Bagi seorang anak, cinta adalah : menuruti keinginan orang tua untuk mengambil kuliah jurusan hukum, padahal hasratnya ingin sekali menjadi seorang pemusik.

Saya pribadi pun memiliki definisi sendiri mengenai cinta, dan jika saya simpulkan, maka bagi saya cinta itu terdiri dari lapisan-lapisan -yang jika digali semakin dalam, maka akan ditemukan kadar cinta yang semakin murni. Bagi saya, pada lapisan permukaan atau terdangkal : cinta itu adalah mengenai perasaan atau ketertarikan. Lalu pada lapisan berikutnya atau lapisan tengah : cinta itu adalah mengenai komitmen. Dan pada lapisan terdalam, saya menemukan kadarnya yang paling murni, yaitu cinta adalah mengenai : pengorbanan.

Begitu banyak dan beragam definisi mengenai cinta, dan belum lama ini saya menemukan satu lagi artinya. Saya mendengarnya ketika menonton sebuah film berjudul Amsterdam, yang rilis di Indonesia pada tanggal tujuh Oktober 2022. Sebagai seorang penikmat film, saya menilai Amsterdam memiliki premis cerita yang menarik, tetapi sayang alurnya terlalu lambat sehingga menjadi membosankan. Walau pun demikian, cast atau para pemeran di film ini sangat-sangat high profile, ada : Christian Bale, Margot Robbie, John David Washington, bahkan Robert De Niro, dan banyak lagi aktor-aktor papan atas Hollywood yang muncul di film ini.

Tapi saya tidak akan membahas lebih jauh lagi mengenai film ini, melainkan akan membahas mengenai satu kalimat dari film Amsterdam -yang menurut saya sangat penuh makna- yang diucapkan oleh salah satu karakter bernama Irma St. Clair, yang dimainkan oleh Zoe Zaldana.

Kalimat yang menarik perhatian saya itu berbunyi : True love is based on choice, not need. Atau jika saya terjemahkan : Cinta sejati adalah berdasarkan pilihan, bukan kebutuhan. Menurut saya, pernyataan itu memiliki makna : bahwa cinta yang sejati adalah sebuah keputusan penuh kesadaran untuk mencintai seseorang, bukan sebuah perasaan yang timbul dari kebutuhan atau ketergantungan. Dengan kata lain, cinta sejati tidak didasari atas perasaan seseorang bahwa mereka membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup mereka, melainkan sebuah pilihan sengaja dan penuh kesadaran untuk mencintai seseorang apa adanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline