Lihat ke Halaman Asli

Robbi Khadafi

Tukang Ketik, Sang Pengantar

Adu Gengsi Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo

Diperbarui: 27 Agustus 2019   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Diskusi Publik "Menimbang Calon Ketum Golkar" di Jakarta hari ini (dokumen pribadi)

Partai Golkar akan melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) pada Desember tahun ini sekaligus memilih Ketua Umum untuk 5 tahun ke depan. Dua nama calon Ketua Umum Golkar sudah digadang-gadang. Kader terbaik partai berlambang pohon beringin tersebut yakni Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo.

Anggota DPR dari Partai Golkar Terpilih, Dyah Roro Esti Widya Putri, melihat dua nama yang muncul tersebut merupakan adu gengsi dalam memperebutkan kursi orang nomor satu di partai orde baru ini. Pasalnya kursi Ketua Umum Golkar ini sangat strategis, terutama posisi tawar politik.

Apalagi Airlangga Hartarto kini mempunyai jabatan juga cukup strategis. Yakni sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan Menteri Perindustrian. Sementara Bambang Soesatyo Ketua DPR. Namun Dyah Roro berharap dukungan-dukungan yang berbeda di internal partai jangan sampai timbulkan pertengkaran.

"Jangan sampai Golkar ini pecah memunculkan lahirnya partai baru," kata Dyah Roro usai diskusi publik bertema 'Menimbang Calon Ketua Umum Golkar' di Jakarta, Selasa (27/8/2019).

Banyaknya ketua umum partai dijadikan "sapi perah" partai yang berujung pada tertangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seperti kasus Setya Novanto, Ketum PPP Romahurmuziy dan Suryadharma Ali, Mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq, Dyah Roro mengakui posisi Ketum Golkar sangat strategis. Sebab itu Golkar sangat membutuhkan Ketum yang punya visi 5 tahun ke depan misalnya mendongkrak suara partai di Pileg 2024.

"Kita perlu sosok yang dapat dipercaya dan dikagumi," ujarnya.

Di tempat yang sama Direktur Executive Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai dua figur Calon Ketua Umum Partai Golkar mendatang yakni Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo (Bamsoet), cenderung imbang dalam perebutan kursi ketua umum dalam Munas mendatang. Kedua figur mempunyai rekam jejak yang berbeda yang saling melengkapi.

"Airlangga Hartarto bagus, dia ketua umum saat ini, rekam jejaknya cukup panjang hingga menjadi pejabat negara (Menteri Perindustrian). Sedangkan Bamsoet saat ini selain sebagai Ketua DPR, dia juga memiliki banyak pengalaman menduduki posisi sebagai ketua komisi di DPR," kata Karyono Wibowo.

Menurut Karyono, sosok Airlangga terlihat lebih kalem, goodlooking, berwibawa. Hal ini membuat Jokowi merasa nyaman. Tetapi memang Airlangga cenderung ekslusif dan feodal. Sementara Bamsoet cenderung 'grusak-grusuk', cenderung tak bisa mengendalikan diri.

Karyono menegaskan, performa calon ketua umum partai politik ini akan menentukan nasib Golkar dimasa mendatang. Terlebih, pada masa pertarungan politik di tahun 2024 mendatang. Jangan sampai kader Golkar terjerat kasus korupsi karena mempengaruhi image partai.

Sebab itu, salah satu tantangan Golkar ke depan adalah membangun reputasi sebagai partai yang bersih. Di sisi lain, Golkar sebenarnya memiliki keunggulan sebagai partai modern, yang tidak terpaku pada politik dinasti. "Hal ini bisa dijual ke publik sebagai deferensiasi, yang membedakan dengan partai lain", pungkas Karyono.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline